Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM

Mata minus, atau miopia, adalah kondisi refraksi di mana penglihatan menjadi kabur saat melihat objek jauh. Kondisi ini sering dianggap ringan, namun jika tidak diatasi dengan benar, mata minus dapat memicu berbagai komplikasi serius yang mengancam kualitas hidup.

Beberapa di antaranya dapat menurunkan produktivitas, menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, bahkan meningkatkan risiko penyakit mata lainnya.

Oleh karena itu, di artikel IEC Eye Care kali ini Anda akan diajak memahami komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbulkan oleh mata minus, bagaimana dokter melakukan diagnosis, serta cara menurunkan mata minus agar kesehatan mata tetap terjaga.

Komplikasi dari Mata Minus dalam Jangka Panjang

Miopia bukan hanya tentang pandangan yang kabur, tetapi bisa mempengaruhi cara Anda melihat sesuatu ketika sedang beraktivitas atau melakukan kegiatan tertentu.

Jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, angka ukuran mata minus akan terus bertambah sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang berdampak negatif pada kualitas hidup Anda.

Beberapa komplikasi akibat mengalami mata minus yang dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, akan menyebabkan:

1. Pengalaman Sekolah yang Buruk Bagi Anak

Jika anak-anak yang mengalami mata minus, mereka jadi kesulitan membaca papan tulis, mengikuti pelajaran, atau merasa cemas karena ketidakmampuan mereka untuk melihat dengan jelas.

Semua gangguan yang anak-anak alami akibat penglihatan yang terganggu akhirnya mengganggu kemampuan mereka dalam menyerap informasi, menurunkan kepercayaan diri, mempengaruhi kemampuan belajar, mengalami gangguan perkembangan sosial anak, bahkan berdampak pada prestasi akademis mereka.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan National Eye Institute mengungkapkan bahwa 42% anak-anak dengan miopia lebih cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan anak-anak dengan penglihatan normal .

2. Penurunan Kualitas Hidup dan Produktivitas

Miopia tidak hanya mempengaruhi anak-anak, tetapi juga orang dewasa.

Jika Anda memiliki mata minus, mau tidak mau Anda perlu menghadapi kesulitan melihat ketika menghadapi tantangan dalam aktivitas sehari-hari, seperti mengemudi, berolahraga, atau bekerja di depan komputer.

Keterbatasan ini dapat mengurangi produktivitas di tempat kerja atau menyebabkan hilangnya kesempatan karena keterbatasan penglihatan.

Survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 52% orang dengan masalah penglihatan melaporkan penurunan kualitas hidup, menjadi tidak produktif, dan akhirnya kehidupan secara keseluruhan jadi terganggu.

3. Eyestrain

Eyestrain atau ketegangan mata sering terjadi pada mereka yang menderita miopia. Ini terjadi ketika mata terus-menerus bekerja keras untuk fokus pada objek yang jauh.

Gejalanya meliputi kelelahan mata, sakit kepala, mata terasa perih, sakit pada area dahi, dan penglihatan yang kabur setelah melakukan aktivitas visual dalam waktu lama.

Kondisi ini bisa semakin parah kalau Anda juga sering menggunakan gadget berlebihan. Kalau kondisi ini tak segera ditangani dengan lebih serius bisa menyebabkan gangguan mata lainnya, bahkan bisa menimbulkan kebutaan.

4. Meningkatkan Risiko Kecelakaan

Ketidakmampuan untuk melihat rambu lalu lintas atau kendaraan dari kejauhan bisa berakibat fatal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh American Academy of Ophthalmology.

Di dalam penelitian itu disebutkan kalau individu dengan miopia berat memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dibandingkan dengan mereka yang memiliki penglihatan normal.

Hal yang sama juga dijelaskan oleh American Automobile Association Foundation yang menemukan fakta bahwa pengemudi dengan gangguan penglihatan, memiliki risiko tiga kali lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas dibandingkan pengemudi dengan penglihatan normal.

5. Berbagai Gangguan Mata Lainnya

Orang dengan miopia tinggi memiliki risiko lebih tinggi mengalami katarak dini dan glaukoma, yang dapat mengakibatkan kebutaan jika tidak segera ditangani.

Selain itu, ada risiko ablasio retina, yaitu kondisi ketika retina terlepas dari bagian belakang mata, yang dapat menyebabkan kebutaan permanen jika tidak segera diobati.

Tes dan Diagnosis yang Dokter Lakukan untuk Mengetahui Mata Minus

Untuk memastikan kondisi mata minus dan menentukan derajat keparahannya, dokter mata biasanya melakukan serangkaian tes diagnostik yang komprehensif, di antaranya:

●       Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk masalah mata sebelumnya, penggunaan kacamata, atau riwayat keluarga dengan masalah penglihatan.

●       Test visual acuity (sharpness) adalah tes untuk mengukur ketajaman penglihatan dengan meminta pasien membaca huruf-huruf dengan berbagai ukuran dari jarak tertentu. Hasilnya akan menunjukkan seberapa baik penglihatan pasien pada jarak tertentu.

●       Test refraction error merupakan tes untuk menentukan kekuatan lensa yang diperlukan untuk mengoreksi penglihatan pasien. Dokter akan menggunakan alat yang disebut phoropter untuk mencoba berbagai lensa korektif di depan mata pasien dan menemukan lensa yang tepat dan bisa meningkatkan kemampuan penglihatan yang lebih baik.

●       Dalam kondisi tertentu, ada juga dokter yang akan melakukan pemeriksaan respons pupil terhadap cahaya untuk mengetahui apakah ada kelainan pada saraf optik atau struktur mata lainnya.

●       Peripheral vision test untuk mengukur seberapa luas penglihatan seseorang di samping (samping mata) tanpa menggerakkan mata. Tes ini membantu mengetahui apakah ada gangguan pada penglihatan pasien.

●       Eye movement & eye pressure test merupakan tes untuk memeriksa kemampuan mata, apakah bisa bergerak dengan baik dan mengukur tekanan di dalam mata, yang penting untuk mendeteksi risiko glaukoma, dampak berikutnya dari mata minus yang sudah terlalu lama dibiarkan tanpa penanganan.

●   Dokter akan menggunakan alat khusus, seperti oftalmoskop atau slit lamp, untuk memeriksa kondisi retina dan saraf optik (retina and optic nerve exam), serta mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi seperti katarak atau kerusakan retina.

Cara Mengatasi Mata Minus

Mata minus tidak bisa sembuh dengan sendirinya, maka ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengelola dan mengurangi dampaknya. Berikut beberapa opsi yang dapat Anda pertimbangkan:

●       Solusi paling umum dan mudah untuk mengoreksi mata minus adalah menggunakan kacamata. Kalau aktivitas Anda cukup aktif dan membutuhkan gerak yang lebih leluasa, maka gunakan lensa kontak sesuai yang dokter resepkan ukurannya.

●       Penggunaan beberapa jenis obat tetes mata tertentu bisa membantu mengurangi progresivitas mata minus. Untuk mendapatkan obat tetes mata ini, Anda bisa berkonsultasi dulu dengan dokter mata.

●       Melakukan terapi mata di mana mata akan dilatih untuk memperbaiki fokus dan mengurangi ketegangan mata, misalnya menerapkan metode 20-20-20. Caranya, setiap 20 menit bekerja, coba lihat objek yang berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter) dari posisi Anda berada, selama 20 detik.

●   Mengatasi mata minus bisa juga melalui prosedur bedah untuk memperbaiki bentuk kornea dan mengurangi ketergantungan pada kacamata atau lensa kontak.

Apakah Mata Minus Bisa Diturunkan?

Jika ingin ukuran mata minus, terutama jika ukurannya sudah tinggi banget, Anda bisa mengambil langkah untuk melakukan prosedur operasi mata.

Tentunya hal ini perlu ada proses berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan mata dulu di dokter mata.

Nah, beberapa prosedur operasi mata yang bisa dipilih sesuai kondisi Anda, antara lain:

1. ELITA SILK

ELITA SILK adalah teknologi terbaru dalam bedah refraktif yang menggunakan sinar laser untuk memperbaiki bentuk kornea dengan presisi tinggi, tanpa memerlukan sayatan.

Dalam prosesnya, pembedahan dilakukan untuk mengubah bentuk kornea dan menurunkan derajat mata minus. Teknik ini minimal invasif dan memberikan hasil yang efektif dalam waktu singkat.

2. Ortho-K atau CRT (Corneal Refractive Therapy)

Ortho-K atau CRT (Corneal Refractive Therapy) adalah tindakan untuk menurunkan mata minus. Metode ini tidak ada proses pembedahan, namun menggunakan lensa kontak khusus yang digunakan saat tidur untuk membentuk ulang kornea.

Metode ini cocok untuk anak-anak dan remaja dengan miopia ringan hingga sedang. Meskipun hasilnya bersifat sementara, tetapi dapat mengurangi ketergantungan pada kacamata atau lensa kontak selama sehari penuh.

3. Operasi LASIK

Laser-Assisted In Situ Keratomileusis atau LASIK adalah operasi yang menggunakan laser untuk mengubah bentuk kornea dengan cara mengangkat lapisan tipis kornea dan mengikis kornea di bawah lapisan tersebut sesuai kelainan refraksinya, sehingga cahaya dapat difokuskan dengan benar pada retina. Metode ini sangat populer dan efektif untuk mengatasi mata minus pada orang dewasa.

4. Photorefractive Keratectomy (PRK)

PRK adalah prosedur bedah laser yang menjadi alternatif jika kondisi kornea mata Anda terlalu tipis dan tidak memungkinkan untuk melakukan operasi mata LASIK.

Dalam prosesnya, dokter akan melakukan pengangkatan lapisan epitel kornea sebelum pembentukan ulang kornea dengan laser.

Anda bisa membaca penjelasan lebih detail pada artikel berjudul: Jenis Lasik Mata, Prosedur, dan Apa Syarat Lasik Mata.

Menjaga kesehatan mata adalah investasi jangka panjang untuk kualitas hidup yang lebih baik. Pemeriksaan mata rutin dapat mendeteksi masalah mata lebih awal dan mencegah perkembangan kondisi yang lebih serius.

Jika Anda mengalami gejala mata minus, segera periksakan diri ke dokter mata untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.