Artikel direview oleh dr. Eko Firdianto Karim, SpM(K)

Ketika membayangkan dunia melalui mata seorang anak, Anda mungkin berpikir tentang warna-warna cerah, objek-objek tajam, dan pandangan yang jelas. 

Namun, bagi sebagian anak, dunia mungkin tidak setajam yang Anda bayangkan. Salah satu gangguan penglihatan yang bisa dialami oleh anak-anak adalah mata silinder.

Maka saat ada pertanyaan, “mata silinder di umur berapa?”, maka jawabannya semua umur bisa mengalami mata silinder, mulai bayi dari lahir, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga orang tua.

Repotnya kalau terjadi pada anak-anak, orang tua harus tanggap dan bisa mengenalinya supaya kondisi mata anak tidak semakin parah. Simak caranya di artikel ini ya.

Mata Silinder Pada Anak

Mata silinder adalah gangguan penglihatan yang membuat anak kesulitan melihat dengan jelas benda-benda, tulisan, atau apa pun di sekitarnya. Bisa terganggu saat melihat benda jauh, benda dekat, atau malah mengalami keduanya.

Astigmatisme atau mata silinder terjadi ketika bentuk kornea anak tidak simetris, menyebabkan cahaya yang masuk ke mata tidak terfokus dengan baik pada retina. 

Ini bisa menyebabkan penglihatan yang buram atau terdistorsi, baik untuk objek yang dekat maupun jauh. 

Yang mungkin mengejutkan adalah banyak bayi lahir dengan mata silinder. Dalam kebanyakan kasus, kondisi ini membaik dengan sendirinya setelah ulang tahun pertama mereka. 

Namun jika tidak ditangani dengan baik dan tepat kondisi mata silinder pada anak dapat berlanjut hingga usia sekolah dan mempengaruhi proses belajar anak.

Mengapa Deteksi Dini Mata Silinder Penting?

Deteksi dini mata silinder sangat penting untuk mencegah masalah penglihatan yang lebih serius di kemudian hari. Anak-anak yang tidak dapat melihat dengan jelas sudah tentu akan mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan aktivitas belajar lainnya di sekolah. 

Sudah ada data yang valid dari rilis yang dipublikasikan American Academy of Ophthalmology mengenai adanya kurang lebih 23% anak-anak prasekolah memiliki gangguan penglihatan, seperti astigmatisme atau mata silinder. 

Kondisi mata silinder yang anak-anak alami dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam belajar dan berkembang dengan baik jika tidak ditangani sejak dini. 

Bahkan bisa berdampak negatif pada prestasi akademis, anak tumbuh dengan kepercayaan diri yang buruk, serta mengalami masalah perkembangan motorik, karena mereka tidak dapat melihat dengan jelas saat berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk waspada terhadap gejala mata silinder pada anak dan memastikan anak mendapatkan pemeriksaan mata secara rutin.

Gejala Mata Silinder pada Anak yang Perlu Orang Tua Diwaspadai

Anak-anak, terutama yang masih sangat muda, mungkin tidak dapat mengungkapkan dengan jelas kalau mereka mengalami masalah penglihatan. 

Mau tidak mau orang tua yang harus aktif memperhatikan dan mengenali berbagai gejala yang menunjukkan anak mengalami astigmatisme. 

Beberapa gejala mata silinder pada anak, antara lain:

  • Anak dengan mata silinder akan sering mengalami sakit kepala karena mereka berusaha keras untuk fokus pada objek yang buram.
  • Jika anak sering menggosok mata secara berlebihan, ada baiknya Anda waspada. Bisa jadi kebiasaan menggosok mata tersebut akibat mereka tidak nyaman dengan penglihatan mereka yang buram.
  • Anak dengan mata silinder cenderung menonton televisi atau membaca buku dari jarak yang sangat dekat karena mereka kesulitan melihat dengan jelas dari jarak normal.
  • Mata silinder juga dapat menyebabkan anak kesulitan melihat dengan jelas di cahaya rendah, seperti saat senja atau di dalam ruangan yang kurang terang.
  • Jika anak Anda menghindari aktivitas, seperti membaca, menggambar, atau menyusun puzzle, ini bisa menjadi tanda mereka mengalami kesulitan melihat objek dari jarak dekat.

Semua gejala mata silinder bisa menjadi panduan yang perlu Anda pahami sebagai orang tua. Jadi begitu melihat adanya tanda-tanda di atas, alangkah baiknya Anda langsung membawa anak ke dokter mata untuk melakukan pemeriksaan yang lebih detail. 

Semakin dini masalah gangguan mata silinder terdeteksi, Anda bisa mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, sekaligus bisa mencegah komplikasi lebih lanjut.

Bagaimana Dokter Melakukan Diagnosis pada Anak?

Mungkin sebelum membawa anak ke dokter mata untuk memeriksakan kondisi matanya, Anda sebagai orang tua melakukan pencarian informasi terlebih dahulu. Termasuk mencari tahu apa yang dokter lakukan saat memeriksa mata anak. 

Nah, gangguan mata seperti mata silinder hanya bisa dideteksi setelah anak melakukan serangkaian tes, seperti:

1. Tes Ketajaman Visual (Visual Acuity Test)  

Tes ketajaman visual bertujuan untuk mengukur kemampuan mata anak dalam mengenali detail objek dari jarak tertentu, baik pada jarak jauh maupun dekat. 

Proses pemeriksaan dalam tes ini kurang lebih sebagai berikut:

  • Anak diminta membaca serangkaian huruf atau melihat gambar yang terletak pada papan Snellen atau bagan lain yang dirancang khusus. 
  • Ukuran huruf atau gambar secara bertahap akan menjadi lebih kecil untuk menguji kemampuan anak untuk melihat dengan jelas hingga batas maksimal ketajaman visual mereka. 
  • Tes ini biasanya dilakukan dengan satu mata tertutup secara bergantian untuk menentukan apakah ada perbedaan ketajaman visual antara kedua mata.

Hasil tes ketajaman visual nantinya membantu dokter mata mengevaluasi, apakah anak mengalami gangguan penglihatan, seperti miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), atau astigmatisme (silinder mata). 

2. Refraksi (Refraction Test)  

Tes refraksi berguna untuk menentukan lensa korektif yang tepat demi memperbaiki penglihatan anak. 

Selama tes ini, dokter mata menggunakan alat yang disebut phoropter, yang dilengkapi dengan berbagai lensa korektif, untuk mengukur cara mata anak memfokuskan cahaya. 

Anak akan diminta untuk melihat melalui phoropter ke papan Snellen atau gambar di dinding dan memberi tahu mana dari dua lensa yang terlihat lebih jelas.

Dengan mengubah lensa secara bertahap, dokter dapat menentukan tingkat kelainan refraksi, seperti miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), atau mata silinder.

Setelahnya dokter dapat menentukan kombinasi lensa yang paling tepat untuk mengoreksi penglihatan anak.

Selain membantu menentukan resep kacamata atau lensa kontak yang tepat, tes refraksi juga memudahkan dokter untuk mengidentifikasi adanya gangguan penglihatan yang mungkin tidak disadari oleh anak atau orang tua. 

3. Keratometri (Keratometry Test)

Keratometri adalah tes untuk mengukur kelengkungan kornea, yaitu bagian depan mata yang jernih dan melengkung. 

Tes ini menggunakan alat yang disebut keratometer atau oftalmometer, yang memproyeksikan cahaya pada kornea dan kemudian mengukur pantulan cahaya tersebut untuk menentukan seberapa melengkung permukaan kornea. 

Dengan mengukur kelengkungan kornea, keratometri membantu mengidentifikasi apakah kornea memiliki bentuk yang tidak simetris atau tidak rata, yang merupakan karakteristik utama dari mata silinder. 

Penanganan Mata Silinder pada Anak

Jika setelah pemeriksaan ternyata anak benar menderita mata silinder, dokter mata biasanya akan memberikan beberapa pilihan solusi yang bisa Anda pertimbangkan. 

Beberapa solusi untuk mengatasi mata silinder pada anak, antara lain:

1. Kacamata  

Penggunaan kacamata adalah penanganan paling umum untuk mata silinder pada anak-anak. Lensa kacamata khusus akan membantu memperbaiki kelengkungan kornea dan memungkinkan cahaya difokuskan dengan benar pada retina.

2. Lensa Kontak

Untuk anak-anak yang lebih besar, lensa kontak bisa menjadi alternatif. Lensa kontak torik, yang dirancang khusus untuk mata silinder, dapat memberikan koreksi penglihatan yang lebih baik daripada kacamata dalam beberapa kasus.

3. Orthokeratology (Ortho-K)  

Ortho-K adalah metode koreksi mata silinder yang menggunakan lensa kontak keras. Lensa kontak tersebut harus dipakai semalaman untuk membentuk ulang kornea secara sementara. Ini bisa menjadi pilihan bagi anak-anak yang tidak ingin memakai kacamata sepanjang hari.

4. Operasi Laser  

Dalam beberapa kasus, terutama pada remaja yang lebih tua, operasi laser seperti LASIK bisa menjadi pilihan untuk memperbaiki mata silinder secara permanen. 

Namun, prosedur ini biasanya tidak disarankan untuk anak-anak pada usia yang masih sangat muda karena mata mereka masih dalam proses berkembang.

Mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? Maka menjaga kesehatan mata anak menjadi hal penting yang perlu orang tua lakukan sedini mungkin. Ajari anak untuk membatasi waktu layar, lebih banyak bermain di luar ruangan, serta rutin memeriksa kondisi mata. 

Namun kalau pada akhirnya terlanjur terjadi anak mengalami gangguan mata, entah miopia, hipermetropi, atau mata silinder, tentunya Anda perlu mencari metode penanganan terbaik. Untuk itu, Anda bisa membaca tentang Metode Koreksi Mata Silinder Selain Kacamata atau Lensa Kontak.