Artikel direview oleh dr Yessica Wilanda, SpM

Glaukoma adalah salah satu penyakit mata yang sangat berbahaya dan sering kali disebut sebagai “pencuri penglihatan”. Hal ini karena kerusakan yang ditimbulkannya sering kali terjadi tanpa gejala yang jelas hingga akhirnya kondisi sudah terlanjur parah bahkan sudah terjadi kebutaan. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di Indonesia setelah katarak.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, prevalensi glaukoma di Indonesia mencapai sekitar 0,46% dari total populasi, yang berarti sekitar 1,5 juta orang berisiko mengalami glaukoma. 

Kebanyakan kasus kebutaan akibat glaukoma di Indonesia telah meningkat selama 20 tahun terakhir, menjadikannya penyebab kebutaan kedua setelah katarak. Prevalensi glaukoma mencapai 4-5 per 1000 penduduk dan menyumbang sekitar 12,3% dari total kasus kebutaan di Indonesia, dilansir dari Kementerian Kesehatan RI.

Jika tidak ditangani segera, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan permanen. Itulah sebabnya, sangat penting bagi Anda, terutama yang memiliki faktor risiko, untuk mengetahui apakah Anda memiliki penyakit ini sehingga dapat melakukan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin.

Mengenali Gejala Glaukoma Berdasarkan Jenisnya

Glaukoma tidak hanya memiliki satu jenis, melainkan beberapa, dan masing-masing jenis memiliki gejala yang berbeda. 

Memahami gejala berdasarkan jenis glaukoma dapat membantu Anda mendeteksi penyakit mata ini lebih dini dan mencegah komplikasi yang lebih serius.

1. Glaukoma Sudut Terbuka Primer

Primary open angle glaucoma atau glaukoma sudut terbuka primer adalah yang paling umum dan sering tidak memiliki gejala pada awalnya. 

Penyebabnya adalah karena penyumbatan pada saluran cairan mata (humor aquosus) yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular secara perlahan.

Kondisi ini sering berkembang tanpa gejala yang jelas pada tahap awal, sehingga sulit bagi Anda untuk menyadarinya sampai terjadi kehilangan penglihatan perifer (tepi). Gejala yang muncul biasanya berupa:

  • Munculnya titik buta pada penglihatan perifer (tepi) dan kemudian berkembang menjadi  hilangnya lapang pandang secara bertahap, bahkan menjadi penglihatan terowongan pada tahap lanjut.
  • Kesulitan melihat dalam kondisi pencahayaan yang rendah.
  • Menurunnya kontras terhadap penglihatan warna.

2. Glaukoma Sudut Tertutup

Angle closure glaucoma atau glaukoma sudut tertutup adalah jenis glaukoma yang terjadi saat sudut drainase di dalam mata, antara iris dan kornea, menjadi sangat sempit bahkan tersumbat. 

Akibatnya cairan tidak dapat mengalir dengan baik dan menyebabkan peningkatan tekanan mata secara tiba-tiba. Gejala yang muncul bisa sangat mendadak dan parah, meliputi:

  • Nyeri mata yang hebat diikuti sakit kepala yang parah.
  • Mual dan muntah.
  • Penglihatan kabur secara tiba-tiba.
  • Melihat lingkaran cahaya berwarna di sekitar lampu.
  • Mata merah.

Jika mengalami kondisi di atas, alangkah baiknya Anda langsung bergegas ke dokter ya karena kondisi merupakan gawat darurat mata. Buat saja janji dulu via online dengan klik IEC Eye Care, sehingga begitu tiba di klinik mata Anda bisa langsung mendapatkan penanganan segera.

3. Glaukoma Sekunder

Jenis glaukoma yang dikenal dengan nama secondary glaucoma atau glaukoma sekunder ini disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain yang kemudian menyebabkan glaukoma.

Contoh penyebab glaukoma sekunder antara lain adalah peradangan mata, cidera mata, infeksi, katarak yang kondisinya sudah parah, tumor, atau penggunaan obat tertentu, misalnya kortikosteroid atau steroid.

Gejala yang muncul bisa bervariasi tergantung pada penyebabnya, tetapi umumnya melibatkan peningkatan tekanan mata dan penurunan penglihatan, termasuk:

  • Mata kemerahan dan penglihatan kabur.
  • Nyeri pada mata.
  • Peningkatan tekanan mata.

4. Glaukoma Kongenital

Congenital glaucoma atau glaukoma kongenital adalah jenis glaukoma langka yang terjadi pada bayi baru lahir atau bisa pula muncul pada anak-anak akibat perkembangan abnormal pada sistem drainase mata.

Penyebab utamanya lebih ke faktor genetik di mana gejala yang muncul berupa:

  • Bola mata terlihat lebih besar dari ukuran normal (buphthalmos).
  • Mata berair atau terlalu sensitif terhadap cahaya.
  • Kornea tampak keruh.

Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa sembuh sendiri sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan catatan, tetap harus dibawah pengawasan dokter anak dan dokter mata. Namun banyak pula yang membutuhkan penanganan medis agar kondisinya tak memburuk.

5. Glaukoma Tekanan Normal

Glaukoma tekanan normal atau normal tension glaucoma adalah jenis glaukoma di mana kerusakan saraf optik terjadi meskipun tekanan mata berada dalam batas normal.

Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, namun dari banyak penelitian yang sudah dilakukan, jenis glaukoma ini terjadi karena adanya kerusakan saraf optik akibat masalah sirkulasi darah ke saraf optik yang tidak lancar. 

Gejalanya mirip dengan glaukoma sudut terbuka primer, seperti:

  • Kehilangan penglihatan perifer secara bertahap.
  • Titik buta yang berkembang perlahan.

6. Glaukoma Neovaskular

Glaukoma jenis neovascular glaucoma atau glaukoma neovaskular adalah gangguan mata yang terjadi akibat pertumbuhan pembuluh darah abnormal di sudut drainase mata sehingga menghambat pengeluaran cairan di dalam mata.

Penyakit mata yang satu ini sering kali akibat dari adanya komplikasi penyakit lain, seperti diabetes atau penyumbatan vena retina. Gejala yang umum muncul adalah:

  • Nyeri hebat pada mata.
  • Penglihatan kabur.
  • Mata merah dan bengkak.

7. Glaukoma Pigmenter

Pada pigmentary glaucoma atau glaukoma pigmenter adalah jenis glaukoma yang terjadi ketika pigmen dari iris terlepas dan menyumbat sistem drainase mata. 

Inilah yang kemudian meningkatkan tekanan intraokular. Gejala yang muncul sering kali termasuk:

  • Penglihatan kabur setelah olahraga atau aktivitas fisik berat.
  • Muncul lingkaran cahaya saat menatap lampu atau melihat ke arah cahaya terang.
  • Kehilangan penglihatan periferal.

8. Glaukoma Eksfoliasi

Glaukoma eksfoliasi atau exfoliation glaucoma terjadi akibat pengendapan material yang abnormal pada struktur mata, yang kemudian menyumbat sudut drainase. 

Umumnya terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut. Gejalanya serupa dengan glaukoma sudut terbuka primer, yaitu:

  • Kehilangan penglihatan secara bertahap.
  • Tekanan mata yang meningkat.
  • Penglihatan kabur.

9. Glaucoma Uveitis

Jenis glaukoma yang satu ini terkait dengan peradangan di bagian tengah mata, yang disebut uveitis. Gejalanya meliputi nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur, dan peningkatan tekanan intraokular. 

  • Terkait dengan peradangan pada bagian tengah mata (uveitis).
  • Gejala meliputi nyeri mata dan kemerahan.
  • Meningkatkan tekanan intraokular yang dapat menyebabkan penglihatan kabur.

Pemeriksaan untuk Mendeteksi Glaukoma Sedini Mungkin

Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang telah disebutkan di atas, segera lakukan pemeriksaan dini ke dokter mata. 

Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi glaukoma:

  • Tonometri, mengukur tekanan intraokular, salah satu tes utama untuk mendeteksi glaukoma.
  • Gonioskopi adalah pemeriksaan sudut drainase di mata untuk menentukan apakah terbuka atau tertutup.
  • Ophthalmoscopy adalah pemeriksaan retina dan saraf optik untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan akibat glaukoma.
  • Perimetry merupakan pemeriksaan lapang pandang untuk menilai seberapa baik mata Anda dapat melihat area sekitar (periferal).
  • Optical coherence tomography (OCT), yaitu pemeriksaan dengan metode pencitraan non invasif untuk melihat kondisi saraf optik dan lapisan retina.
  • Pachymetry adalah pemeriksaan mata untuk mengukur ketebalan kornea, penting untuk interpretasi tekanan mata.

Bagaimana Cara Menghindari Glaukoma pada Mata?

Setelah mengenal gejala glaukoma berdasarkan jenisnya, maka langkah selanjutnya Anda yang belum mengalami gangguan penglihatan yang satu ini sebaiknya melakukan upaya pencegahan. 

Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghindari glaukoma pada mata, antara lain:

  • Lakukan pemeriksaan mata secara berkala, terutama jika Anda memiliki faktor risiko, seperti usia lanjut atau riwayat keluarga dengan glaukoma.
  • Melakukan pemeriksaan darah juga bisa Anda lakukan secara rutin mengingat penderita hipertensi dan diabetes berpotensi tinggi mengalami glaukoma.
  • Hindari penggunaan steroid yang berlebihan. Sebab penggunaan steroid dalam jangka panjang, terutama dalam bentuk obat tetes mata, dapat meningkatkan risiko glaukoma.
  • Konsumsi makanan yang kaya akan nutrisi dan vitamin untuk mata, seperti sayuran hijau dan buah-buahan yang kaya antioksidan, serta rajin berolahraga.
  • Hindari cidera mata yang dapat memicu glaukoma dengan menggunakan pelindung mata saat beraktivitas yang berisiko.
  • Merokok dapat memperburuk kondisi glaukoma dan mempercepat kerusakan saraf optik. Jika saat ini Anda seorang perokok, segera berupayalah untuk berhenti.
  • Stres dapat mempengaruhi tekanan darah dan kesehatan mata Anda. Jadi, mulailah mengelola stres dan belajarlah untuk hidup lebih tenang.

Nah, Anda sudah mendapatkan banyak sekali informasi tentang glaukoma pada mata. Kenali berbagai gejala yang muncul, terutama yang berhubungan dengan jenis glaukoma tertentu. Kemudian segera ambil tindakan pencegahan maupun penanganan yang tepat di IEC Eye Care.