Artikel direview oleh dr Yessica Wilanda, SpM

Glaukoma adalah kerusakan pada saraf optik mata akibat adanya tekanan cairan bola mata yang berlebihan. 

Penyakit mata yang satu ini menjadi  salah satu penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Bahkan menurut data dari National Eye Institute, lebih dari 3 juta orang di Amerika menderita glaukoma. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 4,2 juta pada tahun 2030.

Sementara menurut World Health Organization (WHO), sekitar 4,5 juta orang di dunia mengalami kebutaan akibat glaukoma.

Dari data tersebut maka wajar kalau penyakit glaukoma ini disebut sebagai “pencuri penglihatan” karena proses awalnya hampir tanpa gejala, dan menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan sebelum sempat terdeteksi.

Agar terhindar dari glaukoma, cari tahu yuk apa itu glaukoma, penyebab, gejala, pengobatan, dan cara pencegahannya di artikel ini.

Apa Itu Glaukoma?

Glaukoma adalah gangguan mata yang merusak saraf optik. Padahal saraf optik ini penting karena berfungsi mengirimkan informasi visual dari mata ke otak agar penglihatan Anda menjadi lebih jelas.

Umumnya kerusakan pada saraf optik ini dikaitkan dengan adanya tekanan di dalam bola mata akibat produksi cairan bola mata yang berlebihan, atau akibat penumpukan cairan di sekitar saraf mata.

Gawatnya, proses terjadinya tekanan maupun penumpukan cairan bola mata tersebut tanpa gejala sehingga sering tidak terdeteksi sejak awal. Anda baru sadar kalau sedang mengalami gangguan pada mata Anda setelah kondisi penglihatan sudah sangat terganggu.

Maka alangkah baiknya pemeriksaan mata rutin perlu Anda lakukan untuk deteksi dini dan mencegah kehilangan penglihatan yang fatal. Sebab, tanpa tindakan preventif dan pengobatan yang tepat, glaukoma bisa menyebabkan kebutaan permanen.

5 Penyebab Glaukoma yang Perlu Diwaspadai

1. Tekanan Intraokular Tinggi (TIO)

Untuk semua jenis glaukoma, umumnya disebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada mata. 

Tekanan tersebut terjadi akibat cairan di dalam mata (aqueous humor) tidak dapat mengalir dengan baik, sehingga menyebabkan penumpukan cairan dan menekan saraf optik.

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Mayo Clinic, yaitu cairan di dalam mata seharusnya bisa mengalir dengan lancar melalui jaringan (trabecular meshwork) yang terletak di sudut mata, di mana iris dan kornea bertemu. 

Jika mata menghasilkan terlalu banyak cairan dan sistem drainase di mata tidak bekerja dengan baik, inilah yang menimbulkan tekanan intraokular dan bisa merusak saraf optik.

Padahal saraf optik memiliki fungsi penting sebagai transmisi sinyal visual yang menghubungkan mata ke otak.

2. Genetika

Menurut Cleveland Clinic, kalau di dalam keluarga ada yang memiliki riwayat menderita glaukoma, maka Anda juga memiliki risiko tinggi terkena glaukoma.

Bahkan masih dalam laman yang sama juga disebutkan kalau mutasi genetik tertentu yang diwariskan turun temurun dapat mempengaruhi cara cairan mengalir dalam mata atau bagaimana saraf optik bereaksi terhadap tekanan. 

Jadi alangkah baiknya Anda mencari tahu riwayat kesehatan keluarga sehingga bisa melakukan deteksi dini ada tidaknya potensi terkena penyakit glaukoma.

3. Usia & Ras

Orang yang berusia di atas 60 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena glaukoma. Namun tetap saja ketika sudah mulai memasuki usia 40 tahun, sebaiknya Anda sudah mulai waspada.

Hal ini karena sistem drainase di mata mengalami penurunan kinerja seiring dengan bertambahnya usia sehingga berpotensi menyebabkan penumpukan cairan dan tekanan intraokular tinggi.

Selain itu, jika Anda termasuk keturunan dari ras tertentu, seperti keturunan Afrika, Hispanik, dan Asia, memiliki risiko lebih tinggi terkena glaukoma. 

4. Penyakit dan Kondisi Medis Tertentu

Kalau Anda membaca artikel yang tayang di situs Cleveland Clinic tentang glaukoma, juga ada penjelasan mengenai beberapa penyakit, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular lainnya, juga berpotensi memicu terjadinya glaukoma. 

Penyakit diabetes, misalnya, menyebabkan perubahan pada pembuluh darah di mata yang akhirnya bisa mempengaruhi tekanan intraokular dan kesehatan saraf optik. 

Sementara hipertensi dan kondisi kardiovaskular umumnya mempengaruhi aliran darah ke saraf optik yang berakibat meningkatkan risiko kerusakan saraf tersebut.

5. Penggunaan Obat Steroid

Menurut data dari American Academy of Ophthalmology, penggunaan steroid, baik dalam bentuk tetes mata, pil, atau inhaler, dapat mempengaruhi sistem drainase mata dan menyebabkan penumpukan cairan. 

Apalagi kalau Anda menggunakan obat steroid atau melakukan terapi steroid dalam jangka panjang.

Jadi kalau saat ini Anda menggunakan obat ini secara rutin, sebaiknya lakukan pemeriksaan mata secara rutin untuk memonitor tekanan intraokular. 

Jika peningkatan tekanan terdeteksi, dokter mungkin akan menyesuaikan dosis atau meresepkan alternatif pengobatan untuk mengurangi risiko glaukoma.

Gejala Glaukoma

Pada tahap awal, glaukoma sering tidak menunjukkan gejala. Namun untuk beberapa kasus tertentu, terutama jika kondisi sudah mulai memburuk, beberapa gejala akan muncul, seperti:

  • Penglihatan perifer mulai berkurang, terutama pada tahap awal glaukoma sudut terbuka.
  • Muncul rasa nyeri pada mata, mata merah dan mengalami radang.
  • Jika mengalami glaukoma jenis angle-closure glaucoma, maka Anda akan mengalami mual dan muntah, bahkan bisa mengalami kehilangan penghilangan secara mendadak.
  • Penglihatan kabur, terutama saat melihat lampu.

Tips dan Cara Terhindar dari Gangguan Mata Glaukoma

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah glaukoma, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk terhindar, sekaligus mengurangi risiko terkena penyakit ini, antara lain:

1. Pemeriksaan Mata Rutin

Pemeriksaan mata secara rutin sangat penting untuk membantu mendeteksi tanda-tanda awal glaukoma sebelum gejala yang signifikan muncul. Terutama kalau Anda memiliki faktor risiko glaukoma, seperti usia lanjut atau riwayat keluarga dengan glaukoma. 

American Academy of Ophthalmology bahkan merekomendasikan pemeriksaan setiap 1-2 tahun untuk orang di atas usia 60 tahun, atau usia yang lebih muda, misalnya sejak memasuki usia 40 tahun jika termasuk dalam kategori orang berisiko tinggi.

Pemeriksaan yang umum dilakukan, seperti pengukuran tekanan intraokular, pemeriksaan pandangan visual, atau pemeriksaan kondisi saraf optik. 

2. Menjaga Tekanan Darah dan Gula Darah

Hipertensi dan diabetes adalah faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi glaukoma dengan merusak pembuluh darah di mata dan meningkatkan tekanan intraokular. 

Maka penting bagi Anda untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat dengan diet seimbang, rutin berolahraga, dan menghindari stres.

Jika Anda seorang penderita diabetes atau hipertensi, sebaiknya kontrol tekanan darah dan gula untuk menghindarkan Anda dari potensi terkena glaukoma.

3. Hindari Penggunaan Steroid yang Tidak Perlu

Steroid dapat mempengaruhi sistem drainase mata, menyebabkan penumpukan cairan, dan meningkatkan tekanan di dalam mata.

Jika Anda sedang menjalani pengobatan steroid dengan jangka waktu panjang, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dan lakukan pemeriksaan mata secara rutin.

4. Olahraga Teratur

Olahraga seperti berjalan, jogging, atau yoga dapat meningkatkan aliran darah dan membantu menjaga tekanan mata tetap rendah, sehingga mengurangi tekanan intraokular.

Selain itu, olahraga juga bermanfaat untuk kesehatan umum, termasuk pengendalian berat badan, tekanan darah, dan gula darah, yang semuanya berkontribusi pada pencegahan glaukoma.

Namun waspadai beberapa jenis olahraga yang melibatkan posisi terbalik, seperti headstands. Olahraga semacam ini dapat meningkatkan tekanan mata sementara, yang kalau dilakukan terlalu sering juga memicu terjadinya glaukoma.Nah, Anda sudah membaca penyebab, gejala, hingga cara mencegah terjadinya si pencuri penglihatan. Melakukan berbagai tindakan pencegahan glaukoma lebih baik daripada harus mengobatinya. Meski begitu, cari tahu juga yuk Jenis Glaukoma, Faktor Risiko dan Apakah Glaukoma Bisa Disembuhkan?