Cara Mengetahui Rabun Dekat, Tes yang Dijalani, dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM

Rabun dekat atau hipermetropia adalah kondisi di mana mata Anda kesulitan melihat objek yang berada jauh dan dekat, namun penglihatan sedikit lebih jelas untuk jarak jauh. Bagi sebagian orang, rabun dekat mungkin tidak terlalu mengganggu, tetapi bagi yang lain, kondisi ini bisa mempengaruhi kualitas hidup. 

Apalagi Anda sudah tahu kan kalau mata adalah jendela dunia, menjaga kesehatan mata sangat penting untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan nyaman. Supaya bisa mendeteksi apakah Anda  atau anggota keluarga di rumah ada yang rabun dekat atau tidak, baca yuk tentang cara mengetahui apakah Anda mengalami rabun dekat, bagaimana cara mendiagnosis dan tes yang dilakukan, serta memahami komplikasi, dan pengobatan yang efektif untuk mengatasi kondisi ini.

Pentingnya Pemeriksaan Mata Rutin

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai berbagai tes mata, mari kita memahami dulu mengapa pemeriksaan mata rutin itu penting. Dalam era digital saat ini, kita sering kali menghabiskan banyak waktu di depan layar komputer, ponsel, atau tablet. 

Paparan terus-menerus terhadap layar digital dapat menyebabkan mata lelah dan memperburuk kondisi penglihatan. Menurut data dari American Optometric Association, 70% orang dewasa di Amerika Serikat mengalami ketegangan mata digital yang dapat berkontribusi pada gangguan penglihatan, termasuk rabun dekat.

Menurut data dari American Optometric Association (AOA), sekitar 5-10% populasi dunia menderita rabun dekat. Di Indonesia, prevalensi rabun dekat cukup tinggi, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal kesehatan mata, sekitar 15-20% anak-anak di Indonesia mengalami hipermetropia.

Di Indonesia, survei dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 10% dari populasi dewasa mengalami gangguan penglihatan, termasuk rabun dekat, yang sering kali tidak disadari atau diabaikan sampai kondisinya memburuk. Pemeriksaan mata rutin dapat membantu mendeteksi masalah penglihatan sejak dini sehingga memungkinkan Anda untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Ciri-Ciri dan Gejala Rabun Dekat

Untuk mengetahui apakah Anda menderita rabun dekat, ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai. Gejala-gejala ini bisa muncul secara bertahap dan sering kali diabaikan sampai kondisinya menjadi lebih parah.

1. Kesulitan Melihat Objek Dekat

Gejala yang paling umum dari rabun dekat adalah kesulitan melihat objek yang berada di dekat Anda. 

Jika Anda sering merasa bahwa buku atau layar komputer terlihat kabur meskipun sudah dekat, ini bisa menjadi tanda awal rabun dekat.

2. Mata Lelah dan Sakit Kepala

Jika Anda sering merasa mata cepat lelah atau mengalami sakit kepala setelah membaca atau bekerja dengan komputer, ini mungkin disebabkan oleh rabun dekat. 

Ketegangan mata yang berlebihan akibat upaya untuk melihat objek dekat dapat menyebabkan kelelahan dan sakit kepala.

3. Penglihatan Kabur di Malam Hari

Rabun dekat juga dapat menyebabkan penglihatan kabur terutama saat malam hari atau dalam kondisi pencahayaan yang redup. 

Hal ini terjadi karena mata kesulitan untuk memfokuskan cahaya yang masuk, terutama dalam kondisi cahaya rendah .

4. Mata Terasa Nyeri dan Berair

Ketika mata Anda kesulitan untuk fokus pada objek dekat, Anda mungkin akan merasakan ketidaknyamanan seperti nyeri pada mata, mata berair, atau bahkan perasaan seperti ada pasir di dalam mata. 

Ini merupakan tanda bahwa mata Anda sedang berjuang untuk fokus, yang dapat memperparah gejala rabun dekat .

Diagnosis dan Tes untuk Tahu Rabun Dekat

Jika Anda mencurigai bahwa Anda mengalami rabun dekat, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengunjungi dokter mata untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Proses diagnosis biasanya melibatkan beberapa tes berikut:

1. Tes Visus

Tes visus adalah tes dasar yang dilakukan untuk mengukur ketajaman penglihatan Anda. Tes ini membantu menentukan seberapa jelas Anda dapat melihat objek pada jarak tertentu. Selama tes visus, Anda akan diminta untuk membaca huruf-huruf atau angka dari diagram yang ditempatkan beberapa meter di depan Anda.

Bagaimana Tes Visus Dilakukan?

Pada umumnya, tes visus dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Snellen chart. Diagram ini berisi barisan huruf dengan ukuran yang semakin mengecil. Anda akan diminta untuk menutup satu mata dan membaca huruf pada diagram tersebut dengan mata yang lain. Jika Anda kesulitan membaca huruf kecil di bagian bawah, ini bisa menjadi indikasi adanya masalah penglihatan seperti rabun dekat .

Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Optometry, tes visus telah terbukti efektif dalam mendeteksi gangguan refraksi seperti rabun dekat dengan tingkat akurasi yang tinggi. Studi tersebut menemukan bahwa 90% dari orang yang diuji dengan tes visus menunjukkan hasil yang akurat dalam diagnosis awal rabun dekat .

2. Snellen Chart

Snellen chart adalah salah satu alat yang paling sering digunakan dalam tes visus untuk mengukur ketajaman penglihatan. Alat ini dinamai menurut dokter mata Belanda, Hermann Snellen, yang mengembangkannya pada tahun 1862. Snellen chart terdiri dari barisan huruf dengan ukuran yang bervariasi, dari yang terbesar di bagian atas hingga yang terkecil di bagian bawah.

Bagaimana Snellen Chart Bekerja?

Snellen chart bekerja dengan cara yang sangat sederhana namun efektif. Anda akan diminta untuk membaca barisan huruf dari jarak tertentu, biasanya sekitar 6 meter. Penglihatan Anda akan diukur berdasarkan seberapa kecil huruf yang dapat Anda baca dengan jelas. Jika Anda dapat membaca barisan huruf terkecil tanpa kesulitan, maka penglihatan Anda dianggap normal. Jika Anda hanya bisa membaca huruf yang lebih besar, ini menandakan adanya gangguan penglihatan seperti rabun dekat .

Menurut penelitian dari National Eye Institute, Snellen chart tetap menjadi alat yang paling umum digunakan untuk mendeteksi rabun dekat dan gangguan refraksi lainnya di seluruh dunia. Meskipun metode ini sederhana, Snellen chart sangat andal dalam memberikan hasil yang akurat untuk diagnosis awal.

3. Tes Refraksi

Setelah tes visus dan Snellen chart dilakukan, langkah selanjutnya dalam pemeriksaan mata adalah tes refraksi. Tes ini bertujuan untuk menentukan jenis dan tingkat kelainan refraksi yang Anda miliki, serta mengukur kekuatan lensa koreksi yang diperlukan untuk memperbaiki penglihatan Anda.

Bagaimana Tes Refraksi Dilakukan?

Tes refraksi biasanya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut phoropter. Anda akan diminta untuk melihat melalui berbagai lensa yang berbeda, sementara dokter mata akan mengubah lensa-lensa tersebut untuk menemukan kombinasi yang memberikan penglihatan paling jelas. Tes ini membantu menentukan apakah Anda memerlukan kacamata atau lensa kontak dan seberapa kuat lensa tersebut seharusnya.

Menurut American Academy of Ophthalmology, tes refraksi adalah bagian penting dari pemeriksaan mata karena membantu memastikan bahwa Anda mendapatkan koreksi penglihatan yang tepat. Sekitar 75% orang yang menjalani tes refraksi menemukan bahwa penglihatan mereka membaik secara signifikan dengan lensa koreksi yang direkomendasikan .

4. Autorefractor dan Keratometer

Untuk memahami lebih lanjut tentang kondisi mata Anda, dokter mata mungkin juga akan menggunakan alat seperti autorefractor dan keratometer. Kedua alat ini digunakan untuk mengukur kelengkungan kornea dan bagaimana mata Anda membiaskan cahaya.

Bagaimana Autorefractor dan Keratometer Bekerja?

Autorefractor adalah alat yang mengukur bagaimana cahaya dibiaskan ketika masuk ke mata Anda. Hasil dari autorefractor memberikan gambaran awal tentang jenis dan tingkat kelainan refraksi yang Anda miliki. Sementara keratometer digunakan untuk mengukur kelengkungan kornea Anda, yang merupakan lapisan transparan di depan mata. Hasil dari kedua alat ini membantu dokter mata dalam menentukan diagnosis dan perawatan yang tepat untuk rabun dekat.

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Clinical Ophthalmology, kombinasi antara autorefractor dan keratometer telah terbukti meningkatkan akurasi diagnosis kelainan refraksi hingga 95% . Alat-alat ini memberikan data objektif yang sangat berguna dalam perencanaan perawatan, termasuk pilihan untuk lensa koreksi atau prosedur bedah refraktif.

5. Retinoskopi

Retinoskopi adalah tes lain yang sering digunakan oleh dokter mata untuk memeriksa bagaimana cahaya bergerak melalui retina Anda. Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut retinoskop, yang memancarkan cahaya ke dalam mata dan memungkinkan dokter mata untuk melihat bagaimana cahaya tersebut dipantulkan kembali dari retina.

Bagaimana Retinoskopi Dilakukan?

Selama retinoskopi, dokter mata akan mengarahkan cahaya ke mata Anda dan mengamati refleksi cahaya dari retina. Jika cahaya tidak difokuskan dengan benar pada retina, ini menunjukkan adanya kelainan refraksi seperti rabun dekat. Tes ini sangat berguna, terutama dalam kasus di mana pasien, seperti anak-anak atau orang dengan gangguan komunikasi, sulit untuk mengikuti instruksi selama tes visus atau refraksi.

Menurut penelitian dari Archives of Ophthalmology, retinoskopi adalah alat yang sangat efektif untuk mendeteksi kelainan refraksi pada anak-anak, dengan tingkat akurasi lebih dari 90% . Retinoskopi sering digunakan sebagai bagian dari pemeriksaan mata menyeluruh untuk memastikan diagnosis yang tepat.

Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Jika tidak ditangani dengan tepat, rabun dekat dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:

1. Ambliopia (Mata Malas)

Pada anak-anak, rabun dekat yang tidak segera diobati dapat menyebabkan ambliopia, atau yang dikenal sebagai mata malas. Ambliopia terjadi ketika salah satu mata menjadi lebih dominan daripada yang lain, sehingga otak mengabaikan sinyal dari mata yang lebih lemah .

2. Strabismus (Mata Juling)

Rabun dekat juga dapat menyebabkan strabismus atau mata juling, di mana mata tidak sejajar dengan benar ketika melihat objek. Kondisi ini bisa menyebabkan masalah penglihatan yang lebih serius jika tidak ditangani .

Pengobatan yang Efektif untuk Rabun Dekat

Ada beberapa metode pengobatan yang bisa Anda pertimbangkan untuk mengatasi rabun dekat. Pengobatan ini bertujuan untuk memperbaiki kelainan refraksi dan meningkatkan kualitas penglihatan Anda.

1. Kacamata dan Lensa Kontak

Kacamata dan lensa kontak adalah solusi paling umum untuk mengoreksi rabun dekat. Kedua alat ini bekerja dengan membiaskan cahaya ke posisi yang benar sehingga jatuh tepat di retina, memungkinkan Anda melihat dengan lebih jelas.

2. Operasi Refraktif

Bagi mereka yang ingin menghindari penggunaan kacamata atau lensa kontak, operasi refraktif seperti LASIK (Laser-Assisted in Situ Keratomileusis) bisa menjadi pilihan. Operasi ini melibatkan penggunaan laser untuk membentuk kembali kornea, sehingga cahaya dapat difokuskan dengan benar di retina.

3. Terapi Mata

Terapi mata adalah serangkaian latihan yang dirancang untuk memperkuat otot-otot mata dan meningkatkan fokus. Terapi ini biasanya direkomendasikan untuk anak-anak yang mengalami rabun dekat untuk mencegah berkembangnya ambliopia atau strabismus .

Pencegahan Rabun Dekat

Pencegahan adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan mata Anda. Beberapa langkah yang bisa Anda lakukan antara lain:

  • Menghindari membaca atau menggunakan komputer dalam waktu yang terlalu lama tanpa istirahat
  • Memastikan pencahayaan yang cukup saat membaca atau bekerja
  • Melakukan pemeriksaan mata secara rutin untuk mendeteksi rabun dekat sejak dini
  • Mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi untuk mata seperti vitamin A, C, dan E 

Deteksi dini rabun dekat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius dan memastikan kualitas hidup yang baik. Pemeriksaan mata rutin yang melibatkan tes visus, penggunaan Snellen chart, tes refraksi, autorefractor, keratometer, dan retinoskopi adalah langkah-langkah penting untuk memastikan kesehatan mata Anda.

Dengan kemajuan teknologi dalam bidang oftalmologi, sekarang lebih mudah untuk mendeteksi gangguan penglihatan seperti rabun dekat sejak dini. Pastikan Anda melakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama jika Anda mengalami gejala-gejala seperti penglihatan kabur atau mata lelah. Kesehatan mata adalah investasi jangka panjang, dan dengan perawatan yang tepat, Anda dapat menjaga penglihatan Anda tetap optimal sepanjang hidup.

Cara Mencegah Rabun Dekat dan Solusi untuk Mengatasinya

Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), sekitar 8,4% populasi dunia menderita rabun dekat, dan di Indonesia, angka ini diperkirakan mencapai lebih dari 4 juta jiwa. Jika saat ini Anda menjadi salah satu penderita rabun dekat, jangan khawatir. Sudah banyak metode dan cara mengatasinya secara efektif. Yuk, baca penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Cara Mencegah Rabun Dekat

Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya rabun dekat. Apalagi kalau ternyata Anda punya riwayat keluarga yang juga menderita rabun dekat. Faktor genetik memperbesar risiko Anda mengalami hal yang sama.

Alangkah baiknya Anda rutin memeriksakan mata, ada ataupun tidak ada ciri-ciri rabun dekat. Dengan pemeriksaan mata rutin, minimal setahun sekali, Anda bisa segera mendeteksi tanda-tanda gangguan refraksi pada mata Anda.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Dr. David L. Guyton, seorang profesor oftalmologi di Johns Hopkins University, bahwa pemeriksaan mata secara rutin dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan rabun dekat, terutama pada orang yang berisiko tinggi.

Cara lain yang bisa Anda lakukan agar terhindar dari rabun dekat, antara lain:

  • Batasi penggunaan gadget atau menatap layar laptop tanpa henti dalam waktu yang lama.
  • Gunakan pencahayaan yang cukup ketika membaca, menulis, atau bekerja di depan layar untuk mengurangi ketegangan mata.
  • Konsumsi makanan yang kaya akan nutrisi dan vitamin A, C, E, juga mineral seperti zinc. Mengonsumsi bayam, wortel, ikan yang mengandung omega 3, juga bagus untuk menjaga kesehatan mata.
  • Sering berkedip agar kelembaban mata tetap terjaga dan bisa mengurangi ketegangan pada mata.

Selain itu, Anda juga bisa menerapkan aturan 20-20-20, jika pekerjaan menuntut Anda untuk lebih banyak berada di depan layar laptop. Cara menerapkan aturan 20-20-20, yaitu:

  • Setiap 20 menit berhentilah melihat layar. 
  • Lalu alihkan pandangan untuk melihat objek yang jaraknya 20 kaki atau sekitar 6 meter dari posisi Anda berada. 
  • Lihat objek tersebut selama 20 detik, baru setelahnya Anda kembali bekerja.

Solusi Mengatasi Rabun Dekat

Bagaimana kalau Anda ternyata sudah terkena rabun dekat? Jangan khawatir. Dokter mata biasanya akan memberikan beberapa solusi untuk membantu Anda mengatasi rabun dekat. Beberapa solusi tersebut, seperti:

1. Menggunakan Kacamata atau Lensa Kontak

Jika Anda sudah terdiagnosis menderita rabun dekat, dokter mata akan meresepkan kacamata atau lensa kontak untuk memperbaiki fokus cahaya pada retina sehingga Anda bisa melihat objek dekat dengan jelas. 

Kacamata untuk rabun dekat atau hipermetropia biasanya menggunakan lensa cembung atau yang disebut juga lensa positif (lensa konveks). 

Untuk Anda yang ingin aman, lebih praktis, dan tidak perlu melakukan perawatan khusus, pilih saja kacamata.

Sementara lensa kontak juga bisa membantu mengoreksi penglihatan bagi penderita rabun deka namun membutuhkan perawatan yang lebih intensif untuk menjaga kebersihan lensanya sekaligus mencegah infeksi mata.

Anda bisa memilih satu di antara keduanya berdasarkan preferensi dan gaya hidup yang Anda jalani, juga berdasarkan kondisi mata dan kebutuhan Anda.

2. Operasi Refraktif (LASIK)

Operasi refraktif, seperti Laser-Assisted In Situ Keratomileusis atau LASIK adalah solusi populer yang banyak diambil oleh orang-orang untuk mengatasi dan mengobati rabun dekat, rabun jauh, dan astigmatisme.

LASIK bekerja dengan cara membentuk ulang kornea, bagian depan mata yang transparan, sehingga cahaya dapat terfokus dengan tepat pada retina. 

Prosedur LASIK melibatkan penggunaan laser untuk mengangkat lapisan tipis kornea, lalu membentuk ulang jaringan kornea di bawahnya sebelum lapisan yang diangkat dikembalikan ke tempat semula.

Cukup banyak bukti yang membuktikan tingkat keberhasilan operasi LASIK tinggi, termasuk hasil penelitian yang dipublikasi di situs Mayo Clinic

Bahkan hasil LASIK bisa meningkatkan kemampuan penglihatan secara permanen sehingga penderita rabun dekat tidak perlu lagi menggunakan kacamata atau lensa kontak. 

3. Terapi Penglihatan

Vision therapy atau terapi penglihatan adalah upaya non bedah yang bisa Anda coba untuk memperbaiki masalah penglihatan tertentu dengan melatih mata dan otot yang mengontrol gerakan mata. 

Tentunya terapi ini dilakukan dengan pengawasan dari dokter mata atau terapis khusus mata yang berpengalaman (optometrist). 

Latihannya biasanya meliputi serangkaian gerakan untuk meningkatkan kemampuan fokus, koordinasi, dan kontrol gerakan mata.

4. Penggunaan Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan dalam upaya mengatasi rabun dekat (hipermetropia) biasanya tidak bersifat korektif (tidak memperbaiki kelainan refraksi mata), tetapi lebih bersifat paliatif, yaitu untuk meredakan gejala, seperti ketegangan mata, mata lelah dan berair, penglihatan buram, dan selainnya.

Biasanya, dokter akan meresepkan obat tetes mata yang mengandung anti-inflamasi untuk membantu menjaga mata tetap lembap, mengurangi iritasi, dan meredakan peradangan ringan.

Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa meresepkan suplemen mata yang mengandung vitamin A, C, dan E, serta nutrisi, seperti lutein dan zeaxanthin

Semua kandungan dalam suplemen tersebut dapat memperlambat perkembangan gangguan mata, termasuk rabun dekat, serta melindungi mata dari kerusakan oksidatif.

5.  Orthokeratology (Ortho-K)

Orthokeratology, atau Ortho-K, adalah metode non-bedah yang menggunakan lensa kontak khusus untuk membentuk ulang kornea saat tidur. 

Metode ini dirancang untuk mengurangi minus pada mata dan kini juga digunakan untuk mengatasi rabun dekat pada anak-anak dan remaja yang belum bisa menjalani operasi LASIK.

Pencegahan terbaik yang bisa Anda lakukan untuk menghindari mata mengalami rabun dekat adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan mata. Selain itu, pastikan juga menjalani pola  hidup sehat dan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral.Tetapi kalau Anda ingin tahu ada tidaknya gangguan penglihatan pada mata Anda, coba baca Cara Mengetahui Rabun Dekat, Tes yang Dijalani, dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi.

Cara Mengetahui Rabun Dekat, Tes yang Dijalani, dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM

Rabun dekat atau hipermetropia adalah kondisi di mana mata Anda kesulitan melihat objek yang berada jauh dan dekat, namun penglihatan sedikit lebih jelas untuk jarak jauh. Bagi sebagian orang, rabun dekat mungkin tidak terlalu mengganggu, tetapi bagi yang lain, kondisi ini bisa mempengaruhi kualitas hidup. 

Apalagi Anda sudah tahu kan kalau mata adalah jendela dunia, menjaga kesehatan mata sangat penting untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan nyaman. Supaya bisa mendeteksi apakah Anda  atau anggota keluarga di rumah ada yang rabun dekat atau tidak, baca yuk tentang cara mengetahui apakah Anda mengalami rabun dekat, bagaimana cara mendiagnosis dan tes yang dilakukan, serta memahami komplikasi, dan pengobatan yang efektif untuk mengatasi kondisi ini.

Pentingnya Pemeriksaan Mata Rutin

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai berbagai tes mata, mari kita memahami dulu mengapa pemeriksaan mata rutin itu penting. Dalam era digital saat ini, kita sering kali menghabiskan banyak waktu di depan layar komputer, ponsel, atau tablet. 

Paparan terus-menerus terhadap layar digital dapat menyebabkan mata lelah dan memperburuk kondisi penglihatan. Menurut data dari American Optometric Association, 70% orang dewasa di Amerika Serikat mengalami ketegangan mata digital yang dapat berkontribusi pada gangguan penglihatan, termasuk rabun dekat.

Menurut data dari American Optometric Association (AOA), sekitar 5-10% populasi dunia menderita rabun dekat. Di Indonesia, prevalensi rabun dekat cukup tinggi, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal kesehatan mata, sekitar 15-20% anak-anak di Indonesia mengalami hipermetropia.

Di Indonesia, survei dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 10% dari populasi dewasa mengalami gangguan penglihatan, termasuk rabun dekat, yang sering kali tidak disadari atau diabaikan sampai kondisinya memburuk. Pemeriksaan mata rutin dapat membantu mendeteksi masalah penglihatan sejak dini sehingga memungkinkan Anda untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Ciri-Ciri dan Gejala Rabun Dekat

Untuk mengetahui apakah Anda menderita rabun dekat, ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai. Gejala-gejala ini bisa muncul secara bertahap dan sering kali diabaikan sampai kondisinya menjadi lebih parah.

1. Kesulitan Melihat Objek Dekat

Gejala yang paling umum dari rabun dekat adalah kesulitan melihat objek yang berada di dekat Anda. 

Jika Anda sering merasa bahwa buku atau layar komputer terlihat kabur meskipun sudah dekat, ini bisa menjadi tanda awal rabun dekat.

2. Mata Lelah dan Sakit Kepala

Jika Anda sering merasa mata cepat lelah atau mengalami sakit kepala setelah membaca atau bekerja dengan komputer, ini mungkin disebabkan oleh rabun dekat. 

Ketegangan mata yang berlebihan akibat upaya untuk melihat objek dekat dapat menyebabkan kelelahan dan sakit kepala.

3. Penglihatan Kabur di Malam Hari

Rabun dekat juga dapat menyebabkan penglihatan kabur terutama saat malam hari atau dalam kondisi pencahayaan yang redup. 

Hal ini terjadi karena mata kesulitan untuk memfokuskan cahaya yang masuk, terutama dalam kondisi cahaya rendah .

4. Mata Terasa Nyeri dan Berair

Ketika mata Anda kesulitan untuk fokus pada objek dekat, Anda mungkin akan merasakan ketidaknyamanan seperti nyeri pada mata, mata berair, atau bahkan perasaan seperti ada pasir di dalam mata. 

Ini merupakan tanda bahwa mata Anda sedang berjuang untuk fokus, yang dapat memperparah gejala rabun dekat .

Diagnosis dan Tes untuk Tahu Rabun Dekat

Jika Anda mencurigai bahwa Anda mengalami rabun dekat, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengunjungi dokter mata untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Proses diagnosis biasanya melibatkan beberapa tes berikut:

1. Tes Visus

Tes visus adalah tes dasar yang dilakukan untuk mengukur ketajaman penglihatan Anda. Tes ini membantu menentukan seberapa jelas Anda dapat melihat objek pada jarak tertentu. Selama tes visus, Anda akan diminta untuk membaca huruf-huruf atau angka dari diagram yang ditempatkan beberapa meter di depan Anda.

Bagaimana Tes Visus Dilakukan?

Pada umumnya, tes visus dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Snellen chart. Diagram ini berisi barisan huruf dengan ukuran yang semakin mengecil. Anda akan diminta untuk menutup satu mata dan membaca huruf pada diagram tersebut dengan mata yang lain. Jika Anda kesulitan membaca huruf kecil di bagian bawah, ini bisa menjadi indikasi adanya masalah penglihatan seperti rabun dekat .

Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Optometry, tes visus telah terbukti efektif dalam mendeteksi gangguan refraksi seperti rabun dekat dengan tingkat akurasi yang tinggi. Studi tersebut menemukan bahwa 90% dari orang yang diuji dengan tes visus menunjukkan hasil yang akurat dalam diagnosis awal rabun dekat .

2. Snellen Chart

Snellen chart adalah salah satu alat yang paling sering digunakan dalam tes visus untuk mengukur ketajaman penglihatan. Alat ini dinamai menurut dokter mata Belanda, Hermann Snellen, yang mengembangkannya pada tahun 1862. Snellen chart terdiri dari barisan huruf dengan ukuran yang bervariasi, dari yang terbesar di bagian atas hingga yang terkecil di bagian bawah.

Bagaimana Snellen Chart Bekerja?

Snellen chart bekerja dengan cara yang sangat sederhana namun efektif. Anda akan diminta untuk membaca barisan huruf dari jarak tertentu, biasanya sekitar 6 meter. Penglihatan Anda akan diukur berdasarkan seberapa kecil huruf yang dapat Anda baca dengan jelas. Jika Anda dapat membaca barisan huruf terkecil tanpa kesulitan, maka penglihatan Anda dianggap normal. Jika Anda hanya bisa membaca huruf yang lebih besar, ini menandakan adanya gangguan penglihatan seperti rabun dekat .

Menurut penelitian dari National Eye Institute, Snellen chart tetap menjadi alat yang paling umum digunakan untuk mendeteksi rabun dekat dan gangguan refraksi lainnya di seluruh dunia. Meskipun metode ini sederhana, Snellen chart sangat andal dalam memberikan hasil yang akurat untuk diagnosis awal.

3. Tes Refraksi

Setelah tes visus dan Snellen chart dilakukan, langkah selanjutnya dalam pemeriksaan mata adalah tes refraksi. Tes ini bertujuan untuk menentukan jenis dan tingkat kelainan refraksi yang Anda miliki, serta mengukur kekuatan lensa koreksi yang diperlukan untuk memperbaiki penglihatan Anda.

Bagaimana Tes Refraksi Dilakukan?

Tes refraksi biasanya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut phoropter. Anda akan diminta untuk melihat melalui berbagai lensa yang berbeda, sementara dokter mata akan mengubah lensa-lensa tersebut untuk menemukan kombinasi yang memberikan penglihatan paling jelas. Tes ini membantu menentukan apakah Anda memerlukan kacamata atau lensa kontak dan seberapa kuat lensa tersebut seharusnya.

Menurut American Academy of Ophthalmology, tes refraksi adalah bagian penting dari pemeriksaan mata karena membantu memastikan bahwa Anda mendapatkan koreksi penglihatan yang tepat. Sekitar 75% orang yang menjalani tes refraksi menemukan bahwa penglihatan mereka membaik secara signifikan dengan lensa koreksi yang direkomendasikan .

4. Autorefractor dan Keratometer

Untuk memahami lebih lanjut tentang kondisi mata Anda, dokter mata mungkin juga akan menggunakan alat seperti autorefractor dan keratometer. Kedua alat ini digunakan untuk mengukur kelengkungan kornea dan bagaimana mata Anda membiaskan cahaya.

Bagaimana Autorefractor dan Keratometer Bekerja?

Autorefractor adalah alat yang mengukur bagaimana cahaya dibiaskan ketika masuk ke mata Anda. Hasil dari autorefractor memberikan gambaran awal tentang jenis dan tingkat kelainan refraksi yang Anda miliki. Sementara keratometer digunakan untuk mengukur kelengkungan kornea Anda, yang merupakan lapisan transparan di depan mata. Hasil dari kedua alat ini membantu dokter mata dalam menentukan diagnosis dan perawatan yang tepat untuk rabun dekat.

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Clinical Ophthalmology, kombinasi antara autorefractor dan keratometer telah terbukti meningkatkan akurasi diagnosis kelainan refraksi hingga 95% . Alat-alat ini memberikan data objektif yang sangat berguna dalam perencanaan perawatan, termasuk pilihan untuk lensa koreksi atau prosedur bedah refraktif.

5. Retinoskopi

Retinoskopi adalah tes lain yang sering digunakan oleh dokter mata untuk memeriksa bagaimana cahaya bergerak melalui retina Anda. Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut retinoskop, yang memancarkan cahaya ke dalam mata dan memungkinkan dokter mata untuk melihat bagaimana cahaya tersebut dipantulkan kembali dari retina.

Bagaimana Retinoskopi Dilakukan?

Selama retinoskopi, dokter mata akan mengarahkan cahaya ke mata Anda dan mengamati refleksi cahaya dari retina. Jika cahaya tidak difokuskan dengan benar pada retina, ini menunjukkan adanya kelainan refraksi seperti rabun dekat. Tes ini sangat berguna, terutama dalam kasus di mana pasien, seperti anak-anak atau orang dengan gangguan komunikasi, sulit untuk mengikuti instruksi selama tes visus atau refraksi.

Menurut penelitian dari Archives of Ophthalmology, retinoskopi adalah alat yang sangat efektif untuk mendeteksi kelainan refraksi pada anak-anak, dengan tingkat akurasi lebih dari 90% . Retinoskopi sering digunakan sebagai bagian dari pemeriksaan mata menyeluruh untuk memastikan diagnosis yang tepat.

Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Jika tidak ditangani dengan tepat, rabun dekat dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:

1. Ambliopia (Mata Malas)

Pada anak-anak, rabun dekat yang tidak segera diobati dapat menyebabkan ambliopia, atau yang dikenal sebagai mata malas. Ambliopia terjadi ketika salah satu mata menjadi lebih dominan daripada yang lain, sehingga otak mengabaikan sinyal dari mata yang lebih lemah .

2. Strabismus (Mata Juling)

Rabun dekat juga dapat menyebabkan strabismus atau mata juling, di mana mata tidak sejajar dengan benar ketika melihat objek. Kondisi ini bisa menyebabkan masalah penglihatan yang lebih serius jika tidak ditangani .

Pengobatan yang Efektif untuk Rabun Dekat

Ada beberapa metode pengobatan yang bisa Anda pertimbangkan untuk mengatasi rabun dekat. Pengobatan ini bertujuan untuk memperbaiki kelainan refraksi dan meningkatkan kualitas penglihatan Anda.

1. Kacamata dan Lensa Kontak

Kacamata dan lensa kontak adalah solusi paling umum untuk mengoreksi rabun dekat. Kedua alat ini bekerja dengan membiaskan cahaya ke posisi yang benar sehingga jatuh tepat di retina, memungkinkan Anda melihat dengan lebih jelas.

2. Operasi Refraktif

Bagi mereka yang ingin menghindari penggunaan kacamata atau lensa kontak, operasi refraktif seperti LASIK (Laser-Assisted in Situ Keratomileusis) bisa menjadi pilihan. Operasi ini melibatkan penggunaan laser untuk membentuk kembali kornea, sehingga cahaya dapat difokuskan dengan benar di retina.

3. Terapi Mata

Terapi mata adalah serangkaian latihan yang dirancang untuk memperkuat otot-otot mata dan meningkatkan fokus. Terapi ini biasanya direkomendasikan untuk anak-anak yang mengalami rabun dekat untuk mencegah berkembangnya ambliopia atau strabismus .

Pencegahan Rabun Dekat

Pencegahan adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan mata Anda. Beberapa langkah yang bisa Anda lakukan antara lain:

  • Menghindari membaca atau menggunakan komputer dalam waktu yang terlalu lama tanpa istirahat
  • Memastikan pencahayaan yang cukup saat membaca atau bekerja
  • Melakukan pemeriksaan mata secara rutin untuk mendeteksi rabun dekat sejak dini
  • Mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi untuk mata seperti vitamin A, C, dan E 

Deteksi dini rabun dekat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius dan memastikan kualitas hidup yang baik. Pemeriksaan mata rutin yang melibatkan tes visus, penggunaan Snellen chart, tes refraksi, autorefractor, keratometer, dan retinoskopi adalah langkah-langkah penting untuk memastikan kesehatan mata Anda.

Dengan kemajuan teknologi dalam bidang oftalmologi, sekarang lebih mudah untuk mendeteksi gangguan penglihatan seperti rabun dekat sejak dini. Pastikan Anda melakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama jika Anda mengalami gejala-gejala seperti penglihatan kabur atau mata lelah. Kesehatan mata adalah investasi jangka panjang, dan dengan perawatan yang tepat, Anda dapat menjaga penglihatan Anda tetap optimal sepanjang hidup.

Cara Mencegah Rabun Dekat dan Solusi untuk Mengatasinya

Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), sekitar 8,4% populasi dunia menderita rabun dekat, dan di Indonesia, angka ini diperkirakan mencapai lebih dari 4 juta jiwa. Jika saat ini Anda menjadi salah satu penderita rabun dekat, jangan khawatir. Sudah banyak metode dan cara mengatasinya secara efektif. Yuk, baca penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Cara Mencegah Rabun Dekat

Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya rabun dekat. Apalagi kalau ternyata Anda punya riwayat keluarga yang juga menderita rabun dekat. Faktor genetik memperbesar risiko Anda mengalami hal yang sama.

Alangkah baiknya Anda rutin memeriksakan mata, ada ataupun tidak ada ciri-ciri rabun dekat. Dengan pemeriksaan mata rutin, minimal setahun sekali, Anda bisa segera mendeteksi tanda-tanda gangguan refraksi pada mata Anda.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Dr. David L. Guyton, seorang profesor oftalmologi di Johns Hopkins University, bahwa pemeriksaan mata secara rutin dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan rabun dekat, terutama pada orang yang berisiko tinggi.

Cara lain yang bisa Anda lakukan agar terhindar dari rabun dekat, antara lain:

  • Batasi penggunaan gadget atau menatap layar laptop tanpa henti dalam waktu yang lama.
  • Gunakan pencahayaan yang cukup ketika membaca, menulis, atau bekerja di depan layar untuk mengurangi ketegangan mata.
  • Konsumsi makanan yang kaya akan nutrisi dan vitamin A, C, E, juga mineral seperti zinc. Mengonsumsi bayam, wortel, ikan yang mengandung omega 3, juga bagus untuk menjaga kesehatan mata.
  • Sering berkedip agar kelembaban mata tetap terjaga dan bisa mengurangi ketegangan pada mata.

Selain itu, Anda juga bisa menerapkan aturan 20-20-20, jika pekerjaan menuntut Anda untuk lebih banyak berada di depan layar laptop. Cara menerapkan aturan 20-20-20, yaitu:

  • Setiap 20 menit berhentilah melihat layar. 
  • Lalu alihkan pandangan untuk melihat objek yang jaraknya 20 kaki atau sekitar 6 meter dari posisi Anda berada. 
  • Lihat objek tersebut selama 20 detik, baru setelahnya Anda kembali bekerja.

Solusi Mengatasi Rabun Dekat

Bagaimana kalau Anda ternyata sudah terkena rabun dekat? Jangan khawatir. Dokter mata biasanya akan memberikan beberapa solusi untuk membantu Anda mengatasi rabun dekat. Beberapa solusi tersebut, seperti:

1. Menggunakan Kacamata atau Lensa Kontak

Jika Anda sudah terdiagnosis menderita rabun dekat, dokter mata akan meresepkan kacamata atau lensa kontak untuk memperbaiki fokus cahaya pada retina sehingga Anda bisa melihat objek dekat dengan jelas. 

Kacamata untuk rabun dekat atau hipermetropia biasanya menggunakan lensa cembung atau yang disebut juga lensa positif (lensa konveks). 

Untuk Anda yang ingin aman, lebih praktis, dan tidak perlu melakukan perawatan khusus, pilih saja kacamata.

Sementara lensa kontak juga bisa membantu mengoreksi penglihatan bagi penderita rabun deka namun membutuhkan perawatan yang lebih intensif untuk menjaga kebersihan lensanya sekaligus mencegah infeksi mata.

Anda bisa memilih satu di antara keduanya berdasarkan preferensi dan gaya hidup yang Anda jalani, juga berdasarkan kondisi mata dan kebutuhan Anda.

2. Operasi Refraktif (LASIK)

Operasi refraktif, seperti Laser-Assisted In Situ Keratomileusis atau LASIK adalah solusi populer yang banyak diambil oleh orang-orang untuk mengatasi dan mengobati rabun dekat, rabun jauh, dan astigmatisme.

LASIK bekerja dengan cara membentuk ulang kornea, bagian depan mata yang transparan, sehingga cahaya dapat terfokus dengan tepat pada retina. 

Prosedur LASIK melibatkan penggunaan laser untuk mengangkat lapisan tipis kornea, lalu membentuk ulang jaringan kornea di bawahnya sebelum lapisan yang diangkat dikembalikan ke tempat semula.

Cukup banyak bukti yang membuktikan tingkat keberhasilan operasi LASIK tinggi, termasuk hasil penelitian yang dipublikasi di situs Mayo Clinic

Bahkan hasil LASIK bisa meningkatkan kemampuan penglihatan secara permanen sehingga penderita rabun dekat tidak perlu lagi menggunakan kacamata atau lensa kontak. 

3. Terapi Penglihatan

Vision therapy atau terapi penglihatan adalah upaya non bedah yang bisa Anda coba untuk memperbaiki masalah penglihatan tertentu dengan melatih mata dan otot yang mengontrol gerakan mata. 

Tentunya terapi ini dilakukan dengan pengawasan dari dokter mata atau terapis khusus mata yang berpengalaman (optometrist). 

Latihannya biasanya meliputi serangkaian gerakan untuk meningkatkan kemampuan fokus, koordinasi, dan kontrol gerakan mata.

4. Penggunaan Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan dalam upaya mengatasi rabun dekat (hipermetropia) biasanya tidak bersifat korektif (tidak memperbaiki kelainan refraksi mata), tetapi lebih bersifat paliatif, yaitu untuk meredakan gejala, seperti ketegangan mata, mata lelah dan berair, penglihatan buram, dan selainnya.

Biasanya, dokter akan meresepkan obat tetes mata yang mengandung anti-inflamasi untuk membantu menjaga mata tetap lembap, mengurangi iritasi, dan meredakan peradangan ringan.

Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa meresepkan suplemen mata yang mengandung vitamin A, C, dan E, serta nutrisi, seperti lutein dan zeaxanthin

Semua kandungan dalam suplemen tersebut dapat memperlambat perkembangan gangguan mata, termasuk rabun dekat, serta melindungi mata dari kerusakan oksidatif.

5.  Orthokeratology (Ortho-K)

Orthokeratology, atau Ortho-K, adalah metode non-bedah yang menggunakan lensa kontak khusus untuk membentuk ulang kornea saat tidur. 

Metode ini dirancang untuk mengurangi minus pada mata dan kini juga digunakan untuk mengatasi rabun dekat pada anak-anak dan remaja yang belum bisa menjalani operasi LASIK.

Pencegahan terbaik yang bisa Anda lakukan untuk menghindari mata mengalami rabun dekat adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan mata. Selain itu, pastikan juga menjalani pola  hidup sehat dan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral.Tetapi kalau Anda ingin tahu ada tidaknya gangguan penglihatan pada mata Anda, coba baca Cara Mengetahui Rabun Dekat, Tes yang Dijalani, dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi.

Tips & 7 Cara Mengatasi Mata Minus Baik Secara Medis Maupun Secara Alami

Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM

Mata minus, atau miopia, adalah kondisi di mana mata tidak dapat melihat objek jauh dengan jelas. 

Hal ini terjadi karena bentuk bola mata yang terlalu panjang atau kornea yang terlalu melengkung. Akibatnya, cahaya yang masuk tidak berfokus langsung pada retina, melainkan di depan retina. 

Cara mengatasi mata minus bisa dengan menggunakan kacamata, lensa kontak, dan cara lainnya. Baca ulasan lengkapnya di artikel ini, yuk.

Tips & 7 Cara Mengatasi Mata Minus

Menjaga kesehatan mata itu sangat penting karena tanpa mata yang sehat akan sulit bagi kita untuk beraktivitas dengan baik. Sayangnya, banyak orang yang abai mengenai hal ini sampai akhirnya mengalami mata minus.

Kalau sudah terlanjur, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi mata minus? Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan:

1. Menggunakan Kacamata atau Lensa Kontak

Menggunakan kacamata atau lensa kontak adalah solusi pertama dan paling umum untuk mengatasi mata minus. 

Kacamata bekerja dengan cara membelokkan cahaya yang masuk ke mata sehingga cahaya tersebut dapat difokuskan tepat pada retina, memungkinkan Anda melihat lebih jelas. 

Sementara penggunaan lensa kontak, yang dipakai langsung di permukaan mata, juga memiliki fungsi sama, namun memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak lebih baik dibandingkan kacamata. 

Penggunaan kacamata atau lensa kontak yang tidak sesuai dapat menyebabkan ketidaknyamanan, sakit kepala, dan bahkan memperburuk kondisi mata minus Anda.

Sementara menggunakan kacamata atau lensa kontak dengan resep yang tepat akan memberikan beberapa manfaat: 

  • Mendapatkan koreksi penglihatan yang optimal.
  • Menjaga kualitas penglihatan dan mencegah penurunan penglihatan lebih lanjut. 
  • Membantu Anda melihat lebih jelas dan menjaga kesehatan mata.

2. Operasi Refraktif (LASIK)

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di American Academy of Ophthalmology, LASIK terbukti efektif dan aman dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi. Banyak pasien melaporkan peningkatan signifikan dalam penglihatan setelah menjalani prosedur ini.

Operasi refraktif LASIK atau Laser-Assisted In Situ Keratomileusis adalah salah satu metode paling populer untuk mengoreksi mata minus. Prosedur ini menggunakan laser untuk membentuk kembali kornea mata, yaitu bagian transparan di depan mata yang berfungsi memfokuskan cahaya yang masuk ke mata. 

Dengan membentuk ulang kornea, cahaya yang masuk dapat difokuskan tepat pada retina, sehingga penglihatan menjadi lebih jelas tanpa bantuan kacamata atau lensa kontak. 

Tahapan dalam proses LASIK, kurang lebih seperti ini:

  • Dimulai dengan pembuatan flap tipis pada kornea.
  • Kemudian menggunakan laser mengikis sebagian kecil jaringan kornea. 
  • Penempatan flap yang dibuat sebelumnya ke posisi semula. 
  • Proses memakan waktu kurang dari 30 menit untuk kedua mata.

Namun sama seperti prosedur medis lainnya, tetap ada efek samping yang bersifat sementara dari LASIK, seperti mata kering, silau, dan penglihatan ganda. Maka sebelum melakukan prosedur ini, berkonsultasilah dengan dokter mata yang berpengalaman ya.

3. Orthokeratology (Ortho-K)

Orthokeratology (Ortho-K) adalah metode non-bedah yang menggunakan lensa kontak khusus. Lensa kontak ini dirancang secara khusus dan perlu Anda gunakan saat tidur agar secara perlahan membentuk ulang kornea mata. 

Pada pagi hari, setelah lensa dilepas, kornea yang telah diratakan memungkinkan cahaya masuk ke mata dan difokuskan dengan benar pada retina, sehingga penglihatan menjadi lebih jelas tanpa bantuan kacamata atau lensa kontak. 

Efek dari penggunaan lensa kontak khusus ini bisa Anda rasakan sepanjang hari sehingga selama melakukan aktivitas harian penglihatan Anda jadi lebih baik. Tetapi untuk mendapatkan efek yang sama setiap hari, ya berarti Anda harus menggunakan lensa khusus tersebut setiap malam.

Metode ini tak hanya berguna sebagai cara mengatasi mata minus, tetapi juga bisa membantu anak-anak dan remaja yang mengalami miopia progresif, sekaligus memperlambat perkembangan minus. 

Selain itu, Anda juga perlu mengikuti berbagai instruksi yang diberikan dokter mata dalam penggunaan metode Ortho-K untuk memastikan lensa yang digunakan sesuai dengan kondisi mata, aman untuk pemakaian jangka panjang, dan mencegah infeksi mata atau komplikasi lainnya. 

4. Terapi Mata

Dalam buku berjudul Better Eyesight Without Glasses karya Dr. William Bates dan di situs Detik Health pernah diulas mengenai terapi mata.

Jadi menggunakan metode tersebut, Anda perlu melakukan latihan otot mata dengan serangkaian teknik, seperti gerakan mata yang berulang, fokus pada objek jarak dekat dan jauh, serta latihan relaksasi untuk mengatasi stres pada mata.

Selain itu, terdapat teknik relaksasi dan latihan penglihatan yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan mata secara keseluruhan, antara lain:

  • Palming, yaitu menutupi mata dengan telapak tangan untuk mengatasi stres.
  • Shifting, Anda perlu menggerakkan mata secara perlahan dari satu objek ke objek lainnya. 
  • Central fixation, fokuskan penglihatan pada detail kecil untuk meningkatkan ketajaman penglihatan.

Meskipun metode Bates ini cukup terkenal, masih banyak perdebatan di kalangan medis. Hanya saja, seluruh teknik tersebut bisa Anda coba, minimal dapat membantu mengatasi ketegangan mata dan memberikan perasaan mata yang lebih nyaman. 

5. Menghindari Penggunaan Layar Berlebihan

Paparan layar komputer, ponsel, dan televisi yang berlebihan dapat memperburuk kondisi mata minus. Maka untuk mengatasi mata minus, Anda bisa melakukan latihan mata rutin dengan menggunakan metode 20-20-20.

Cara melakukannya: setiap 20 menit menatap layar gadget, Anda dianjurkan untuk beristirahat selama 20 detik dengan melihat objek yang berjarak sekitar 20 kaki (enam meter). 

Istirahat singkat ini memberikan kesempatan bagi mata untuk rileks dan mengatasi ketegangan yang disebabkan fokus yang terus-menerus pada objek dekat, seperti layar komputer atau ponsel.

6. Pola Makan Sehat

Penelitian dari National Eye Institute menunjukkan kalau berbagai nutrisi yang cukup dapat mengatasi risiko penurunan penglihatan terkait usia, seperti degenerasi makula dan katarak.

Sementara dalam studi AREDS atau Age-Related Eye Disease Study, juga ada penjelasan kalau mengonsumsi berbagai makanan yang kaya akan vitamin C, vitamin E, beta-karoten, dan zinc dapat memperlambat perkembangan degenerasi makula pada orang yang berisiko tinggi.

Ini artinya untuk menjaga kesehatan mata, termasuk mengatasi mata minus,  Anda bisa mulai dengan menerapkan pola makan sehat. 

Pastikan secara rutin mengonsumsi makanan yang akan akan berbagai vitamin dan mineral penting, seperti:

  • Makanan yang mengandung vitamin A, C, E, dan mineral, seperti zinc, dapat membantu melindungi mata dari berbagai masalah kesehatan. 
  • Sayuran hijau seperti bayam dan kale, wortel, ubi jalar, dan ikan berlemak seperti salmon adalah beberapa contoh makanan yang sangat baik untuk mata. 
  • Vitamin A, misalnya, dikenal karena perannya dalam menjaga kesehatan retina dan membantu penglihatan dalam kondisi cahaya rendah. Vitamin C dan E adalah antioksidan kuat yang melindungi sel-sel mata dari kerusakan akibat radikal bebas, sementara zinc membantu metabolisme vitamin A dan mendukung fungsi retina.

7. Pemeriksaan Mata Rutin

Rutin memeriksa mata ke dokter bisa memantau kesehatan mata secara keseluruhan, sekaligus dapat mendeteksi adanya gangguan pada mata. Jika ditemukan kondisi mata Anda ternyata mengalami minus, maka dokter bisa meresepkan kacamata atau kontak lensa yang tepat. 

Pentingnya melakukan pemeriksaan mata ini juga cukup sering diulas di website American Academy of Ophthalmology, yang merekomendasikan orang dewasa sebaiknya melakukan pemeriksaan mata lengkap setidaknya setiap dua tahun sekali, atau lebih sering jika Anda memiliki risiko tinggi atau kondisi mata tertentu.

Apakah Mata Minus Bisa Sembuh?

Dari seluruh penjelasan mengenai cara mengatasi mata minus di atas, seharusnya Anda bisa menjawab pertanyaan ini.

Namun pada prinsipnya, mata minus tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Ada berbagai metode yang perlu dilakukan untuk mengoreksi kondisi mata, seperti penggunaan kacamata, lensa kontak, atau operasi refraktif, seperti LASIK.Nah, daripada harus mengobati, sebaiknya mulailah menjaga kesehatan mata sedini mungkin. Mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? Untuk itu, baca juga artikel Cara Menjaga Kesehatan Mata di Era Digital.

Penyebab Mata Minus, Gejala Awal, & Cara Menghindarinya

Konsultasi Dokter Spesialis Mata - IEC Eye Care

Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM

Mata minus, atau miopia, adalah kondisi mata yang buram, serta kesulitan melihat obyek yang jauh dengan jelas. Kondisi ini semakin sering terjadi, terutama  dengan meningkatnya penggunaan perangkat digital saat ini. 

Padahal menjaga kesehatan mata itu penting, mengingat kerusakan pada mata bisa berakibat fatal dan membuat aktivitas Anda terganggu.

Untuk itu, Anda perlu memahami penyebab mata minus, gejala awal, dan cara menghindarinya, supaya Anda bisa melakukan berbagai pencegahan dan tetap menjaga mata Anda dalam kondisi yang sehat.

Apa Itu Mata Minus?

Mata minus terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata difokuskan di depan retina, bukan tepat di retina. 

Hal ini disebabkan oleh bentuk bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu besar. Akibatnya, objek yang jauh tampak buram, sementara objek yang dekat terlihat jelas.

Penyebab Mata Minus

1. Faktor Genetik

Faktor genetik adalah salah satu penyebab utama mata minus atau miopia. Menurut American Academy of Ophthalmology, faktor genetik memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan miopia. 

Kondisi ini sering kali diturunkan dalam keluarga, sehingga jika salah satu atau kedua orang tua Anda memiliki mata minus, maka Anda memiliki risiko untuk mengalami hal yang sama.

2. Aktivitas yang Dekat dengan Mata

Berdasarkan hasil penelitian yang ditayangkan di National Eye Institute, orang yang terlalu sering melakukan aktivitas yang dekat dengan mata memiliki risiko yang membuatnya mengalami miopia. 

Aktivitas yang dimaksudkan di sini, seperti membaca, menulis, atau menggunakan perangkat digital dalam waktu yang lama. Jadi, ketika Anda menghabiskan banyak waktu melakukan aktivitas dekat, maka mata akan bekerja keras untuk fokus pada objek yang dekat, yang dapat menyebabkan ketegangan pada otot mata. 

Ketegangan mata yang berkepanjangan ini dapat menyebabkan perubahan pada bentuk bola mata, sehingga menjadi penyebab mata minus.

3. Kurangnya Paparan Cahaya Alami

Paparan cahaya alami cukup penting untuk perkembangan mata yang sehat, termasuk dalam upaya menjaga kesehatan mata. Kenapa bisa penting? Sebab ketika berada di luar ruangan, mata akan beradaptasi dengan lingkungan yang lebih terang dan luas. Inilah yang kemudian dapat membantu mencegah perkembangan miopia.

Cahaya alami juga membantu meningkatkan produksi dopamin di retina, yang berperan dalam mengontrol pertumbuhan bola mata. Tanpa paparan yang cukup, risiko pertumbuhan bola mata yang berlebihan bisa memperbesar risiko terjadinya miopia.

Jadi, jangan segan meninggalkan meja kerja dan keluar dari ruangan sejenak untuk menikmati cahaya alami di luar sana, sekaligus membantu Anda terhindar dari mata miopia yang bisa mengurangi kemampuan mata untuk melihat. 

Gejala Awal Mata Minus

Mengenali gejala awal mata minus sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Beberapa gejala yang perlu Anda waspadai antara lain:

1. Penglihatan Kabur Saat Melihat Jauh

Ini adalah gejala paling umum dari mata minus. Anda mungkin menyadari objek yang jauh tampak buram atau tidak jelas.

2. Sering Menyipitkan Mata

Menyipitkan mata dapat membantu memperjelas penglihatan pada jarak jauh, tetapi ini juga bisa menjadi tanda kalau Anda mungkin memiliki mata minus.

3. Sakit Kepala dan Ketegangan Mata

Ketegangan mata akibat usaha yang berlebihan untuk melihat objek yang jauh dapat menyebabkan sakit kepala.

4. Kesulitan Melihat di Malam Hari

Mata minus dapat memperburuk penglihatan malam hari, membuat aktivitas seperti mengemudi di malam hari menjadi lebih sulit.

Cara Menghindari Mata Minus

1. Batasi Waktu Layar

Mulailah membatasi waktu yang dihabiskan di depan layar komputer, ponsel, atau tablet. Cobalah menerapkan aturan 20-20-20: setiap 20 menit, lihatlah sesuatu yang berjarak 20 kaki selama 20 detik.

2. Perbanyak Aktivitas di Luar Ruangan

Aktivitas di luar ruangan tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga penting untuk kesehatan mata. Paparan cahaya alami membantu mencegah perkembangan miopia pada anak-anak.

3. Gunakan Pencahayaan yang Baik

Pastikan Anda memiliki pencahayaan yang cukup saat membaca atau bekerja. Pencahayaan yang baik membantu mengurangi ketegangan pada mata.

4. Periksa Mata Secara Teratur

Rutin memeriksakan mata ke dokter spesialis mata dapat membantu mendeteksi masalah mata sejak dini dan mencegah kondisi yang lebih parah.

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh The Lancet Global Health, prevalensi miopia meningkat secara signifikan di seluruh dunia, terutama di Asia Timur, di mana lebih dari 80% anak-anak muda mengalami mata minus. 

Inilah mengapa penting bagi Anda untuk mengetahui penyebab mata minus, gejala awal, dan cara menghindarinya, sehingga membantu mencegah perkembangan miopia pada anak-anak dan kesehatan mata tetap terjaga pada orang dewasa. Selain itu, terapkan juga Tips & Cara Mengurangi Mata Minus Secara Alami, Efektif, dan Ampuh.