Skip to content

Lebih Parah Mata Minus atau Silinder? Ini Jawabannya!

mata minus

Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM

Masalah penglihatan semakin menjadi perhatian utama masyarakat. Dua kondisi yang sering membuat orang bertanya-tanya adalah mata minus (miopia) dan silinder (astigmatisme).

Pertanyaan yang kerap muncul: manakah yang lebih parah mata minus atau silinder? Yuk, baca penjelasan lengkap di artikel ini untuk menemukan jawabannya

Memahami Dasar Kelainan Refraksi

Sebelum membandingkan tingkat keparahan, penting untuk memahami kalau kedua kondisi ini termasuk dalam kelainan refraksi mata. Menurut National Eye Institute, lebih dari 150 juta orang mengalami kelainan refraksi. Angka ini menunjukkan betapa umumnya kondisi ini di masyarakat modern.

Kelainan refraksi terjadi ketika bentuk mata menghalangi cahaya untuk fokus dengan tepat pada retina. Bayangkan mata sebagai kamera canggih yang membutuhkan semua komponennya bekerja dalam harmoni sempurna. Ketika ada ketidaksempurnaan dalam sistem ini, muncullah masalah penglihatan. 

Pemahaman tentang bagaimana cahaya berinteraksi dengan struktur mata menjadi kunci dalam mengevaluasi tingkat keparahan setiap kondisi.

1. Mata Minus

Mata minus atau miopia merupakan kondisi di mana bola mata terlalu panjang atau kornea terlalu melengkung. Kondisi ini menyebabkan seseorang kesulitan melihat objek jauh dengan jelas, sementara penglihatan dekat tetap tajam. 

Untuk bisa lebih mudah memahaminya, coba bayangkan Anda sedang duduk di kursi belakang kelas dan tidak dapat membaca tulisan di papan tulis. Nah, itulah pengalaman umum penderita miopia.

Perkembangan miopia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. WHO memproyeksikan pada tahun 2050, setengah dari populasi dunia akan mengalami miopia. 

Peningkatan dramatis ini terkait erat dengan perubahan gaya hidup modern, termasuk penggunaan perangkat digital yang intens dan kurangnya aktivitas luar ruangan. Di Amerika Serikat saja, 40% anak-anak mengalami miopia, meningkat dua kali lipat dibandingkan tiga dekade lalu. Bagaimana dengan di Indonesia? Anda pasti sudah tahu jawabannya.

Karakteristik mata minus yang perlu dipahami meliputi perkembangannya yang progresif, terutama selama masa pertumbuhan. Kondisi ini dapat terus memburuk hingga usia dewasa awal, dengan risiko komplikasi yang meningkat seiring bertambahnya tingkat keparahan.

Penelitian menunjukkan mata minus tinggi dapat meningkatkan risiko ablasi retina, glaukoma, dan masalah penglihatan permanen lainnya.

2. Mata Silinder

Astigmatisme atau mata silinder terjadi ketika kornea atau lensa mata memiliki bentuk tidak beraturan, lebih mirip bola rugby daripada bola sepak. Kondisi ini menyebabkan penglihatan kabur pada semua jarak, baik dekat maupun jauh. 

Penderita astigmatisme sering mengalami kelelahan mata, sakit kepala, dan kesulitan melihat di malam hari. Menariknya, astigmatisme adalah kelainan refraksi yang paling umum, namun seringkali hadir dalam bentuk ringan yang tidak menimbulkan gejala yang mengganggu. 

Astigmatisme bisa saja sudah Anda alami sejak lahir atau berkembang seiring waktu. Berbeda dengan mata minus, silinder cenderung stabil setelah usia 2-3 tahun, kecuali dalam kasus khusus seperti keratokonus.

Perbandingan Tingkat Keparahan dari Mata Minus dan Mata Silinder

Membandingkan keparahan antara mata minus dan silinder memerlukan pemahaman yang mendalam tentang dampak jangka panjang masing-masing kondisi:

1. Dampak pada Kualitas Penglihatan

Mata minus mempengaruhi penglihatan jarak jauh secara signifikan, sementara silinder dapat mengaburkan penglihatan pada semua jarak. 

Risiko mata minus yang tinggi bisa lebih serius dan dapat menyebabkan komplikasi pada retina, sehingga gangguan penglihatan jadi lebih permanen. Silinder, meskipun mengganggu, jarang menyebabkan komplikasi yang mengancam penglihatan.

2. Perkembangan dan Progresivitas

Mata minus cenderung berkembang secara progresif, terutama selama masa pertumbuhan. Tanpa intervensi yang tepat, kondisi ini dapat terus memburuk hingga usia dewasa awal.

Silinder, di sisi lain, umumnya lebih stabil dan jarang mengalami perubahan drastis setelah masa kanak-kanak awal.

3. Risiko Komplikasi Jangka Panjang

Mata minus tinggi membawa risiko serius terhadap kesehatan mata, termasuk ablasi retina, glaukoma, degenerasi makula, hingga katarak prematur

Sementara silinder, meskipun dapat menyebabkan ketidaknyamanan, jarang mengakibatkan komplikasi serius yang mengancam penglihatan.

Inovasi Teknologi dalam Penanganan Mata Minus dan Silinder

Perkembangan teknologi telah membuka jalan baru dalam penanganan mata minus dan silinder. Saat ini sudah banyak teknologi dan alat yang bisa membantu penderita mata minus, mata silinder, atau mengalami keduanya sekaligus.

Kacamata dengan lensa khusus sudah tersedia. Bahkan saat ini fungsi kacamata tidak hanya sebagai alat bantu penglihatan saja, tetapi sudah banyak yang dilengkapi teknologi canggih seperti: 

  • Lapisan anti-reflektif yang mengurangi kelelahan mata. 
  • Pelindung cahaya biru yang vital di era digital. 
  • Untuk mata minus, tersedia lensa progresif yang memungkinkan transisi mulus antara berbagai jarak pandang.

Lensa kontak torik hadir sebagai solusi yang lebih kompleks untuk penderita silinder. Dengan desain yang dioptimalkan untuk menstabilkan rotasi lensa, teknologi ini memastikan koreksi astigmatisme tetap akurat sepanjang hari. 

Inovasi terbaru bahkan menghadirkan lensa kontak torik yang dapat dipakai hingga 30 hari, memberikan kenyamanan maksimal bagi penggunanya.

Jadi Lebih Parah Mata Minus atau Silinder?

Kedua gangguan penglihatan mata, baik mata minus, mata silinder, atau gabungan keduanya, tidak ada yang lebih parah dari yang lain kalau Anda bisa menanganinya dengan tepat sedini mungkin.

Kesehatan mata bukanlah adu tingkat keparahan, melainkan antisipasi dan proses perawatan yang berkesinambungan. Tanpa penanganan yang tepat, kedua kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Beberapa rekomendasi penting:

  1. Lakukan pemeriksaan mata secara rutin di klinik mata terdekat seperti IEC Eye Care.
  2. Konsultasikan setiap perubahan penglihatan dengan dokter mata.
  3. Terapkan strategi pencegahan sejak dini.
  4. Pertimbangkan opsi penanganan modern yang tersedia, misalnya operasi Lasik.

Jangan menunda pemeriksaan mata, terutama jika Anda mengalami gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Hubungi klinik mata terdekat dan jadwalkan pemeriksaan mata hari ini. Semakin dini kondisi mata terdeteksi dan ditangani, semakin baik prospek kesehatan mata di masa depan.