Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM
Hipermetropia atau rabun dekat adalah salah satu gangguan penglihatan yang relatif umum. Jumlah penderita hipermetropia terbanyak di usia awal sekolah dasar diikuti oleh dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun. Penderita rabun dekat kesulitan melihat objek yang jaraknya jauh dan dekat. Penglihatan semakin buram bila jarak objek semakin dekat.
Apa yang menjadi penyebab rabun dekat? Cari tahu penjelasan lengkap mengenai rabun dekat, gejala, hingga bedanya dengan rabun jauh di artikel kali ini.
Apa Itu Rabun Dekat?
Hipermetropia atau rabun dekat adalah kondisi di mana mata seseorang tidak mampu memfokuskan cahaya secara tepat pada retina saat melihat objek jauh dan objek dekat, namun lebih terganggu untuk objek dekat.
Ini terjadi karena ukuran panjang bola mata yang terlalu pendek atau kornea mata terlalu datar sehingga menyebabkan cahaya terfokus di belakang retina, bukan tepat pada retina.
Akibatnya, objek yang dekat terlihat buram, sementara objek yang jauh masih terlihat lebih jelas. Itulah sebabnya rabun dekat dikenal pula dengan mata plus.
Umumnya, gangguan penglihatan yang satu ini akan dialami oleh orang yang berusia 40 tahun ke atas akibat kemampuan fokus dekat yang berkurang. Sementara jika balita atau anak-anak mengalami rabun dekat, masih ada kemungkinan kondisi ini bisa membaik seiring dengan pertambahan usia dan pertumbuhan bola mata.
Struktur dan Bagian Mata yang Mempengaruhi Rabun Dekat
Sebelum membahas lebih lengkap mengenai rabun dekat dan penyebabnya, ada baiknya Anda tahu dulu mengenai dua bagian mata yang penting dalam melihat objek, yaitu:
1. Kornea Mata
Kornea adalah lapisan transparan di bagian paling depan mata yang melindungi iris, pupil, dan ruang anterior.
Fungsi kornea ini merupakan jendela mata yang membiaskan atau membelokkan cahaya yang masuk sehingga dapat difokuskan pada lensa untuk menghasilkan gambar yang jelas pada retina.
Kornea memiliki bentuk cembung dan tidak memiliki pembuluh darah, tetapi kaya akan saraf, sehingga sangat sensitif terhadap sentuhan dan rasa sakit.
2. Lensa Mata
Lensa mata adalah bagian transparan dari mata yang terletak tepat di belakang iris (bagian berwarna mata) dan pupil.
Fungsi lensa mata untuk memfokuskan cahaya yang masuk ke mata sehingga membentuk gambar yang tajam pada retina (lapisan saraf di bagian belakang mata).
Nah, supaya Anda bisa melihat dengan jelas, maka cahaya harus masuk melewati kornea dan lensa. Ketika kornea membiaskan cahaya, maka lensa mata langsung memfokuskan cahaya tersebut ke retina yang ada di bagian belakang mata.
Sinyal cahaya kemudian akan dikirim jaringan saraf retina ke otak, dan membuat Anda bisa melihat gambar dengan jelas.
Pada kasus gangguan mata rabun dekat, cahaya yang masuk tidak bisa terfokus tepat di retina, melainkan terfokus pada bagian belakang retina. Inilah yang kemudian membuat Anda mengalami penglihatan yang buram atau kabur saat melihat objek dekat.
Apa Penyebab Mata Rabun Dekat?
Pada pembahasan di atas, Anda pasti sudah bisa memahami kalau penyebab utama rabun dekat adalah akibat bentuk kornea dan lensa mata yang tak bisa memfokuskan cahaya dengan tepat ke retina.
Inilah yang kemudian membuat penglihatan Anda menjadi kabur saat melihat benda yang jaraknya jauh dan dekat.
Anda pasti penasaran, apa sih yang membuat bentuk kornea dan lensa mata menjadi seperti itu? Apakah karena bawaan lahir? Atau ada penyebab lain? Supaya tidak bingung, berikut penjelasan penyebab rabun dekat:
1. Bawaan Lahir
Cukup banyak anak-anak yang ketika lahir sudah mengalami rabun dekat. Tetapi pada banyak kasus hipermetropia pada anak, kondisi ini akan membaik dengan sendirinya seiring dengan pertambahan usia anak dan perkembangan organ bola mata.
2. Faktor Genetik
Jika salah satu atau kedua orang tua Anda mengalami rabun dekat, ada kemungkinan besar Anda juga akan mengalaminya.
Faktor genetik ini cenderung mempengaruhi struktur bola mata, khususnya yang berkaitan dengan bentuk, ukuran bola mata, hingga kemampuan kornea membiaskan cahaya yang masuk.
3. Proses Penuaan
Proses penuaan membuat tubuh mengalami perubahan secara alami, termasuk pada lensa mata. Ketika masih muda, lensa mata lebih fleksibel dan bisa dengan mudah menyesuaikan fokus pada objek dekat dan jauh.
Seiring dengan bertambahnya usia, elastisitas pada lensa mata akan secara bertahap berkurang. Di saat yang sama, protein yang terdapat pada lensa mata menjadi lebih kaku begitu Anda mulai memasuki usia 40 tahun, sehingga mengurangi kemampuan lensa mata berakomodasi dan menyesuaikan fokus.
4. Kondisi Medis dan Trauma Mata
Kondisi medis pada mata seperti katarak, mikroftalmia, nanoftalmia, dan aniridia dapat menyebabkan hipermetropia.
Adanya trauma pada mata, seperti benturan, cedera atau luka pada mata, bisa merusak kornea, lensa mata, hingga retina yang membuat penglihatan Anda menjadi tidak jelas.
Gejala Rabun Dekat yang Wajib Anda Tahu
Oke, Anda sudah tahu pengertian rabun dekat itu apa, struktur mata yang mempengaruhi kemampuan penglihatan, dan penyebab rabun dekat. Lalu bagaimana caranya tahu apakah Anda terkena rabun dekat?
Dari banyak ulasan yang tayang di berbagai situs kesehatan, seperti HaloDoc, KlikDokter, hingga Mayo Clinic ada beberapa gejala gangguan penglihatan yang sebaiknya Anda waspadai dan berpotensi mengarah ke gejala rabun dekat, antara lain:
- Penglihatan menjadi buram ketika melihat benda yang dekat, namun bisa melihat sedikit lebih jelas ke arah yang jauh.
- Mulai merasa kesulitan saat membaca buku atau tulisan kecil di kertas. Anda terpaksa menjauhkan posisi buku agar tetap bisa membaca dengan baik.
- Mata sering terasa lelah, ada rasa terbakar ketika harus fokus lama pada sesuatu yang dekat, berair, dan tegang.
- Sering mengalami sakit kepala.
- Harus menyipitkan mata supaya bisa melihat objek dekat dengan jelas.
- Penglihatan tidak fokus ketika harus melihat segala sesuatu yang dekat.
- Membutuhkan cahaya yang lebih terang agar bisa membaca buku dengan nyaman.
Jika semua gejala di atas mulai Anda rasakan, segeralah pergi ke dokter mata dan periksakan kondisi mata Anda. Lebih cepat lebih baik ya.
Perbedaan Rabun Dekat dan Rabun Jauh
Meskipun rabun dekat (hipermetropia) dan rabun jauh (miopia) sama-sama merupakan gangguan refraksi, namun keduanya ternyata memiliki perbedaan dalam cara memfokuskan cahaya dan mempengaruhi kemampuan penglihatan Anda.
Baca penjelasan di bawah ini untuk memahami perbedaan rabun dekat dan rabun jauh:
1. Mata Rabun Dekat/Hipermetropia
Pada mata yang mengalami rabun dekat, cahaya yang masuk ke mata tidak terfokus ke retina akibat bola mata yang terlalu pendek. Inilah yang kemudian membuat cahaya malah jatuh di belakang mata, bukan di retina.
Retina adalah selaput yang melapisi bagian dalam bola mata dan berfungsi sebagai pengirim sinyal gambar visual ke otak sehingga Anda bisa melihat suatu objek dengan jelas.
Karena cahaya yang masuk jatuh di belakang retina, tentunya pengiriman sinyal terganggu. Maka penglihatan Anda jadi buram ketika melihat objek dekat, sementara untuk objek yang berada jauh dari posisi Anda bisa terlihat sedikit lebih jelas.
2. Rabun Jauh/Miopia
Sebaliknya pada kasus mata mengalami rabun jauh, cahaya terfokus di depan retina karena bentuk bola mata yang terlalu panjang. Kondisi ini mengakibatkan penglihatan Anda jadi tidak jelas ketika melihat objek yang jauh, sementara untuk objek dekat bisa terlihat jelas.
Biasanya untuk mengatasi miopia, dokter mata akan menyarankan agar Anda menggunakan kacamata berlensa cekung yang membantu memindahkan titik fokus kembali ke retina.
Apakah saat ini Anda mengalami gejala gangguan penglihatan buram ketika sedang membaca buku atau bekerja di depan laptop? Atau Anda sering kesulitan melihat objek yang padahal berada di dekat Anda, misalnya wajah seseorang, namun terlihat kabur? Jika iya, segera periksakan diri Anda. Selain itu, kenali juga yuk Ciri-ciri Rabun Dekat, Cara Mencegah, dan Solusi untuk Mengatasinya.