Artikel direview oleh dr. Nelandriani Yudapratiwi, SpM
Mata yang sehat pastilah menjadi keinginan setiap orang. Termasuk Anda, kan? Namun tak jarang ada saja gangguan yang mempengaruhi penglihatan dan perlu Anda waspadai. Salah satunya adalah mata silinder atau astigmatisme.
Yuk, cari tahu apa itu mata silinder, penyebab, gejala, dan perbedaan mata minus dan silinder di artikel ini supaya Anda bisa mencegah atau mengatasinya.
Apa Itu Mata Silinder?
Astigmatisme atau mata silinder adalah kondisi di mana bagian selaput bening mata (kornea) memiliki lengkung yang tidak sempurna.
Akibatnya, cahaya yang masuk ke mata tidak terfokus dengan benar pada retina, menyebabkan penglihatan kabur atau terdistorsi. Itulah sebabnya banyak penderita mata silinder yang harus memicingkan mata ketika melihat sesuatu dalam jarak dekat maupun jarak jauh.
Gangguan refraksi mata yang satu ini bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Jika terjadi pada orang dewasa, gejala akan terlihat pada awal munculnya gangguan, jadi sebaiknya langsung ambil tindakan sebelum kondisi makin parah.
Namun kalau terjadi pada anak-anak, orang tua harus segera tanggap ketika anak mengeluhkan pandangan matanya kabur, dan langsung mengajak anak memeriksakan matanya ke dokter mata.
Penyebab Mata Silinder
Membaca hasil penelitian yang dipublikasikan National Eye Institute (NEI), ada sekitar satu dari tiga orang di Amerika Serikat mengalami astigmatisme dan jumlah ini terus bertambah seiring pertambahan usia.
Bagaimana dengan di Indonesia? Nah data infografis dari Kemenkes RI tentang gangguan refraksi, yang dimuat di artikel Klinik Mata Nusantara, juga menyebutkan ada 48,99% masyarakat dunia juga mengalami hal yang sama.
Apa sih yang menyebabkan lensa mata atau kornea mengalami bentuk lengkungan yang berbeda sehingga menyebabkan kesalahan refraksi?
Masih dalam penelitian yang sama, belum ada ahli medis yang bisa memastikan penyebabnya.
Namun cukup banyak temuan ada orang yang dari lahir sudah mengalami mata silinder. Lalu ada pula yang mengalami mata silinder setelah cedera mata atau efek samping operasi mata.
Meski begitu, berikut beberapa faktor yang bisa menyebabkan Anda mengalami mata silinder dan perlu diwaspadai, antara lain:
1. Faktor Keturunan
Jadi riwayat gen dan faktor keturunan bisa menjadi penyebab mata silinder.
Artinya ketika orang tua atau saudara kandung memiliki kondisi ini, risiko Anda untuk mengalami mata silinder juga meningkat.
2. Cedera atau Operasi Mata
Trauma pada mata karena pernah mengalami cedera di bagian mata bisa menyebabkan perubahan kornea mata.
Begitu pun ketika Anda pernah melakukan operasi mata tertentu, misalnya setelah operasi katarak atau operasi mata lainnya, juga dapat menyebabkan perubahan bentuk kornea.
Pada akhirnya, baik cedera maupun efek samping dari operasi mata yang pernah dilakukan bisa jadi pemicu munculnya astigmatisme atau mata silinder.
3. Penyakit Mata
Beberapa penyakit mata langka, seperti keratoconus, yaitu penipisan kornea yang menyebabkan bentuk kerucut, bisa menyebabkan mata silinder.
4. Infeksi Mata
Ketika mengalami mata merah atau iritasi mata, lebih baik segera periksa ke dokter mata.
Infeksi pada mata bisa mengakibatkan terjadinya jaringan parut pada kornea, yang akhirnya memicu terjadinya mata silinder.
Hal yang sama berlaku ketika terjadi pembengkakan, penipisan, atau perubahan pada kornea. Termasuk kondisi kelopak mata yang mengganggu kornea.
5. Usia
Pertambahan usia bisa menurunkan kemampuan kerja mata, perubahan kondisi bola mata, hingga menyebabkan terganggunya penglihatan.
Kalau saat ini Anda memasuki usia 40 tahun atau lebih, melakukan pemeriksaan rutin bisa membantu mendeteksi adanya gangguan pada mata, sehingga bisa sesegera mungkin mengambil tindakan antisipasi agar kondisi tidak semakin parah.
Gejala Mata Silinder
Astigmatisme atau mata silinder adalah gangguan pada mata yang bisa dialami oleh siapa pun dan biasanya gejala yang terjadi pada setiap orang akan berbeda-beda.
Meskipun begitu, tetap ada gejala umum yang biasanya bisa Anda rasakan atau terlihat jelas, dan perlu segera penanganan medis.
Beberapa gejala mata silinder, antara lain:
● Penglihatan kabur, buram, bergelombang, atau terdistorsi, baik saat melihat objek dekat maupun jauh.
● Mata terasa lelah, tegang, atau tidak nyaman, terutama setelah membaca atau melihat layar dalam waktu lama.
● Sering mengalami sakit kepala setelah melakukan aktivitas visual intens.
● Kesulitan melihat di malam hari.
● Melihat cahaya terang dapat menyebabkan silau atau munculnya lingkaran cahaya (halo) di sekitar sumber cahaya.
● Perlu menyipitkan mata agar bisa melihat dengan jelas.
Remaja dan orang dewasa biasanya akan lebih cepat menyadari berbagai gejala di atas. Namun untuk anak-anak, tidak demikian.
Jadi orang tua perlu pula mengedukasi anak mengenai kesehatan mata dan meminta mereka segera memberitahu kalau ada rasa tak nyaman di mata.
Apa Perbedaan Mata Minus dan Silinder?
Mata minus, atau miopia, adalah kondisi di mana seseorang dapat melihat objek dekat dengan jelas tetapi objek jauh tampak kabur.
Mata minus terjadi ketika bola mata terlalu panjang atau kornea terlalu cembung, sehingga cahaya difokuskan di depan retina, bukan langsung di retina.
Sementara mata silinder disebabkan oleh kelainan bentuk kelengkungan kornea mata. Kelengkungan ini menyebabkan cahaya yang masuk tidak terfokus tepat pada retina, melainkan tersebar, sehingga menyebabkan penglihatan menjadi buram atau terdistorsi.
Maka perbedaan mata minus dan silinder yang paling utama terletak pada bentuk kelengkungan lensa atau kornea mata dan cara cahaya difokuskan.
Pada mata silinder, masalah utama adalah ketidaksempurnaan dalam kelengkungan kornea sedangkan pada mata minus, panjang bola mata atau kecembungan kornea menjadi penyebab utamanya.
Mata silinder memang gangguan mata umum dan banyak pula orang yang mengalaminya. Namun bukan berarti Anda juga harus mengalaminya, kan? Selama masih bisa dicegah, lebih baik dicegah ya.
Dengan memahami penyebab, gejala, dan perbedaan antara mata silinder dan mata minus, harapannya Anda bisa melakukan tindakan antisipasi maupun mengenali gejalanya sedini mungkin. Lebih baik lagi kalau Anda juga mengenali 7 Ciri Mata Silinder, Tingkat Keparahan, serta Kemungkinan Mata Silinder bisa Kembali Normal.